Page 80 - BKSN 2021 (1)
P. 80

yakannya secara langsung. Setiap anggota Gereja, imam maupun awam,
            merasa teraniaya oleh musuh yang bernama Covid-19 ini.
                    Dua persoalan di atas, yaitu lumpuhnya perekonomian dan ak-
            tivitas Gereja, mengingatkan kita akan betapa rapuhnya manusia. Pan-
            demi  menyadarkan  kita  bahwa  uang  dan  kekayaan  tidak  selamanya
            menjamin  berlangsungnya  kehidupan secara  normal.  Ketika uang dan
            kekayaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, inilah kesempatan bagi
            kita untuk berpaling pada penyelanggara hidup yang sejati, yaitu Tuhan
            sendiri. Relasi dengan Tuhan, sang Pencipta, kiranya perlu dibangun dan
            diperkokoh kembali ketika hal-hal materi-duniawi tidak mampu menja-
            min kehidupan kita lagi. Pandemi meminta kita mawas diri supaya tidak
            terlalu bergantung pada kekayaan.
                    Aktivitas  Gereja,  baik  liturgis  maupun  non-liturgis,  tidak  ber-
            jalan  normal  karena pandemi.  Situasi yang  tidak  normal  ini  juga  me-
            mengaruhi sikap atau  mental  kita dalam  menjalankan aktivitas  hidup
            sebagai orang kristiani. Dalam hal berdoa dan beribadah, misalnya. Ada
            yang tetap setia untuk mengikuti misa streaming, tetapi tidak menutup
            kemungkinan ada juga yang menjalankan hidup doa dan ibadahnya se-
            cara setengah-setengah. Pandemi praktis menantang kita untuk berpikir
            ulang bagaimana menemukan Tuhan, atau lebih tepatnya, menempatkan
            diri sehingga kita merasa ditemukan oleh Tuhan.
                    Pertemuan  keempat  dalam  BKSN  2021  akan  membahas  salah
            satu perikop dari kitab yang sulit dimengerti, yaitu kitab Wahyu. Perikop
            Why. 3:14-22 kurang lebih relevan dengan situasi Gereja dan masyarakat
            sekarang ini. Jika Gereja dan masyarakat sekarang sedang dilanda krisis
            multidimensional karena pandemi, Gereja kristiani awal, yang menjadi
            pembaca awal kitab Wahyu ini, juga mengalami krisis yang kurang le-
            bih serupa. Krisis ini muncul karena pengejaran dan penganiayaan dari
            penguasa Romawi pada saat itu. Jika sebagian umat sekarang mulai ke-
            hilangan semangat untuk menjadi murid dan saksi Kristus karena pan-
            demi,  demikian  pula  hal  dengan  jemaat  Laodikia  dalam  kitab  Wahyu
            yang tergoda untuk menjalani kehidupan sebagai murid Kristus secara
            suam-suam kuku. Singkatnya, perikop ini – meskipun tidak mudah un-
            tuk dipahami – kiranya dapat menjadi sumber inspirasi untuk menyikapi
            problem dalam situasi krisis seperti sekarang.
                    Dalam membaca surat kepada jemaat Laodikia, kita perlu me-
            nempatkan diri dalam tujuan umum dituliskannya kitab Wahyu. Yohanes
            menulis kitab ini untuk memberikan semangat kepada orang beriman

            78    Gagasan Pendukung
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85