Page 38 - SEMINAR PENDIDIKAN
P. 38

itu,  sehingga  meningkat  pada  directe  pathetiek.  Untuk  meratakan  perasaan-
                        perasaan yang tidak sama, sebaiknya dilakukan cara sebaliknya, yaitu dari directe

                        pathetiek ke indirecte pathetiek.
                        3.   Conciliare

                             Yaitu menarik perhatian pendengar terhadap masalah yang akan diutarakan

                        dengan  cara:  (a)  menunjukkan  penting-nya  masalah;  (b)  menunjukkan  bahwa
                        pendengar memperoleh manfaat dari masalah yang akan diuraikan; (c) memegang

                        te-guh etika Retorika, yaitu berbicara dengan tenang tetapi pasti, dengan mcngingat
                        apa  yang  pantas  dan  tidak  pantas  untuk  dikatakan  di  hadapan  pendengarnya

                        berdasarkan  latar  belakang  usia,  jenis  kelamin,  pendidikan,  dan  sosial  yang

                        berbeda;  (d)  memperhatikan  cara-cara  bicara  dan  memilih  kata-kata  ;  terbaik,
                        sehingga tidak menyinggung perasaan pendengar.

                        4.   Frapper Toujour atau pukul terus
                             Yaitu mengulang-ulang sebuah pesan sampai pendengar hafal, mengerti, dan

                        percaya kepada apa yang disampaikan pembicara. Ini merupakan cara yang telah

                        teruji  untuk  mena-namkan  suatu  pengertian  atau  pemahaman  tentang  suatu  hal.
                        Dengan cara ini, pesan itu lambat laun menjadi semboyan atau buah mulut, bahkan

                        menjadi ungkapan sehari-hari. Pesan itu betul-berul diresapi dalam jiwa pendengar.
                        Berdasar  teori  bahwa,  “Orang-orang  kecil  yang  bersatu-padu  dengan  penuh

                        keyakinan  bisa  menjadi  kekuatan  rcvolusi”,  maka  be-berapa  orator  mengulang-
                        ulang isi pokok Retorikanya, sampai pendengar yakin dan percaya akan sebuah

                        kepastian, sebab mereka haus akan kepastian batin.

                        5.   Simbolik
                             Yaitu  memberi  gambaran  tentang  apa  yang  dimaksudkan  dengan  bahasa

                        lambang. Pembicara harus berpikir dan berbicara dengan menggunakan gambaran,
                        bahasa atau 1ambang-lambang yang telah dikenal oleh pendengar. Dalam sejarah

                        kita  mengetahui,  agama  mendapat  pengikut  massa  yang  besar,  karena  agama
                        berbicara dengan bahasa lambang dan penuh kepastian.

                        6.   Sensasi

                             Yaitu melakukan suatu tindakan yang dapat memaksa pendengar menaruh
                        perhatian kepadanya. Pembicara dapat  “memaksa” orang mendengarkan dirinya

                        dengan cara menyampaikan hal-hal sebagai berikut:



                                                              34
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43