Page 357 - Artikel Prosiding SEMNAS PGSD UMC 2022
P. 357
Umaedi dkk (2011:3) memandang, sekolah sebagai wadah dari pendidikan formal berfungsi
untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai
individu maupun sebagai warga masyarakat. Kebijakan setiap sekolah harus benar-benar
dirumuskan dengan memperhatikan kondisi sekolah itu berada, yang meliputi kondisi geografis,
kultur budaya, lingkungan, maupun mata pencaharian masyarakat sekitar. Maka dari itu, sekolah
hendaknya mampu menyadari kelebihan dan kekurangan komponen-komponen pembangunnya,
agar output yang dihasilkan optimal.
Menurut Rusman (2009:3), Beragamnya kebutuhan siswa dalam belajar, kebutuhan guru
dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya,
berubahnya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan ditambah dengan harapan orang
tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak dan tuntutan stakeholders untuk
memperoleh tenaga bermutu, berdampak pada keharusan bagi setiap individu, terutama pimpinan
lembaga pendidikan harus mampu merespon dan mengapresiasikan kondisi tersebut di dalam
proses pengambilan keputusan untuk eksistensi pendidikan. Karena sekolah berada pada bagian
terdepan dari proses pendidikan, pembahasan ini memberikan konsekuensi bahwa sekolah harus
menjadi bagian-bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan dalam rangka eksistensi mutu
pendidikan.
Sesuai dengan konsep Depdiknas (2001) menyebutkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) merupakan suatu model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah
dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga
sekolah: guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua dan masyarakat untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Jadi Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan sebuah strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pelimpahan kewenangan
dalam membuat keputusan dari pemerintah pusat kepada pihak sekolah. Manajemen Berbasis
Sekolah memungkinkan kepala sekolah, guru, siswa, orang tua dan masyarakat untuk dapat
memberikan kontrol terhadap proses pendidikan yang lebih optimal.
Pendidikan sangat penting dalam menjaga eksistensinya agar mampu bersaing dengan
lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Menurut Abidin (2007:16), eksistensi adalah proses yang
dinamis, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri yakni exsistere
yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti,
melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau kemunduran tergantung pada
kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Pendapat diatas menjelaskan bahwa
eksistensi berarti suatu hal yang dapat berubah-ubah dan berkembang secara aktif tanpa henti,
namun juga dapat mengalami kemunduran hal ini tergantung pada kemampuan dari potensi-potensi
yang dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang diatas, SDN Sunyaragi 2 sudah menerapkan MBS untuk
meningkatkan eksistensi sekolahnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa prestasi yang telah diraih
oleh sekolah dalam tiap tahunnya. Diantaranya adalah banyaknya prestasi yang ditorehkan oleh
siswanya melalui beberapa ekstrakurikuler yang unggul seperti Seni, Pramuka, dan Olahraga.
Penerapan MBS pada sekolah ini juga dapat dilihat dari standar pengelolaan sekolahnya. Pada SDN
Sunyaragi 2, dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah selalu melibatkan
pihak-pihak yang terkait. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Sinergi
Manajemen Berbasis Sekolah untuk Meningkatkan Eksistensi SDN Sunyaragi 2” dengan tujuan
untuk mengetahui: 1) Implementasi MBS, 2) Implementasi otonomi sekolah, 3) Keterlibatan guru
dan stakeholder dalam pengembangan lembaga pendidikan, 4) Kerjasama antar sekolah, instansi
pemerintah atau swasta tingkat lokal, nasional dan internasional.
Menurut Nur (2016:94), di sekolah terdapat tenaga kependidikan yang paling berperan dan
sangat menentukan kualitas pendidikan yakni para guru dan kepala sekolah. Efektivitas sekolah
348