Page 16 - BUKU-KONTRUKSI-BAB-II
P. 16

Gambar 2-14: A. Trajektori tegangan utama pada dinding di atas dua tumpuan
              akibat beban merata yang bekerja pada bagian bawah dinding. B. Seperti pada
              gambar 2-9B didapati pola  retak yang terjadi pada struktur dinding beton
              bertulang  akibat  beban merata  tersebut,  ”mengikuti”  pola dari garis  trajektori
              tekan.


              Seperti  terlihat  pada pengujian balok  dan dinding beton,  pada tahap
              pembebanan awal struktur beton sudah mengalami retak. Pada keadaan
              retak  terjadi redistribusi  tegangan di  mana tegangan induk  tarik  pada
              beton bervariasi dari nol pada lokasi retak dan mencapai nilai maksimum
              pada lokasi antar retakan sehingga pada struktur beton akan mengalami
              perubahan kekakuan struktur.  Walaupun  demikian hasil penelitian dan
              percobaan menunjukkan bahwa perancangan model struktur  beton
              berdasarkan teori  plastisitas  yang berorientasikan trajektori  tegangan
              utama masih cukup konservatif. Hal ini juga dikarenakan kuat tarik beton
              sangat  rendah dibandingkan dengan kuat  tekannya. Untuk memperoleh
              distribusi dan trajektori tegangan yang akurat, Cook dan Mitchell (1988)
              menyarankan penggunaan metoda finite-element  (elemen hingga)
              nonlinear. Kotsovos  dan  Pavlović  (1995)  cukup banyak membahas
              analisis finite-element (elemen hingga) untuk perancangan struktur beton
              dalam keadaan batas (limit-state design), tetapi dalam penggunaan praktis
              masih banyak berorientasi pada distribusi dan trajektori tegangan utama
              karena dianggap lebih praktis  dan cukup konservatif  di samping
              perangkat  lunak  komputer untuk  struktur  beton  yang  nonlinear masih
              sangat terbatas untuk penggunaan praktis. Oleh karenanya, pembahasan



                                                24


             24                        BAB II - Pembagian Daerah B dan D Pada Struktur
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21