Page 268 - KelasIX BahasaIndonesia BG.pdf
P. 268

Teks  dan  wacana  tidak  bisa  ditentukan  oleh  panjang  pendeknya
                   berdasarkan  jumlah  kata,  kalimat,  atau  paragraf  yang  dimiliki  suatu  teks.
                   7HNV MXJD WLGDN ELVD GLGH¿QLVLNDQ VHEDJDL HNVWHQVL DWDX SHUOXDVDQ GDUL EHQWXN
                   bentuk gramatikal (kumpulan kata, kalimat, dan paragraf). Suatu teks bisa
                   hanya berupa satu kata, satu kelompok kata, satu kalimat, satu paragraf dan
                   bisa juga mencapai satu buku atau satu uraian panjang selama dua jam. Yang
                   terpenting ialah bahwa unit bahasa itu berada dalam konteks dan membawakan
                   suatu fungsi sosial tertentu. Sebagai contoh, sebuah papan yang bertuliskan
                   ‘bahaya’,  yang  terpasang  pada  gardu  listrik  di  salah  satu  tiang  di  pinggir
                   jalan, juga merupakan teks. Konteks teks tersebut ialah medan yang berupa
                   peringatan mengenai berbahayanya listrik yang terdapat di gardu, tiang listrik
                   dengan kabelnya yang terletak di pinggir jalan. Pelibatnya adalah manajemen
                   PLN  dan  orang  yang  lewat.  Sarananya  adalah  papan  bertuliskan  ’bahaya’
                   mungkin  dengan  tanda  ’kilat.  Sementara  itu,  konteks  kulturalnya  adalah
                   pengetahuan mengenai listrik. Khususnya, listrik dengan tegangan tinggi bisa
                   menyengat orang sampai mati. Hal itu berarti papan yang bertuliskan ’bahaya’
                   di tiang listrik tersebut benar-benar merupakan ’teks’ karena tiang tersebut
                   terdapat bahaya listrik. Oleh karena itu, orang yang melewati tiang tersebut
                   tidak  akan  berani  mendekati  benda  tersebut.  Lain  halnya  apabila  papan
                   bertuliskan ‘bahaya’ tersebut terdapat di keranjang sampah atau diletakkan
                   di  dalam  gudang.  Orang  akan  berani  memegang  benda  yang  ditempati
                   papan  tersebut.  Orang  sudah  tahu  bahwa  benda  tersebut  tidak  berbahaya
                   walaupun terdapat papan yang bertuliskan ‘bahaya’. Dalam keadaan itu papan
                   bertuliskan ‘bahaya’ tersebut tidak lagi sebuah teks karena sudah tidak berada
                   di lingkungan yang sebenarnya atau sudah tidak berada di dalam konteksnya.
                   Papan  yang  bertuliskan  ‘bahaya’  dalam  keadaan  seperti  itu  sudah  menjadi
                   sampah atau hanya papan yang disimpan di gudang. Demikian halnya tulisan
                   yang terdapat di dalam buku akan masih dianggap teks apabila masih berada di
                   dalam konteksnya: buku yang disimpan, baik di perpustakaan pribadi maupun
                   umum. Apabila sudah dalam bentuk serpihan yang tercecer atau dalam bentuk
                   bungkus makanan misalnya, bagian tersebut sudah tidak bisa lagi dikatakan
                   sebagai teks. Alasannya, orang sudah sulit mencari lingkungan asal teksnya
                   dan fungsi sosial teksnya yang disampaikan di dalamnya.

                       Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa teks dan wacana
                   adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk merealisasikan fungsi
                   atau  makna  sosial  dalam  suatu  konteks  situasi  dan  konteks  kultural.  Oleh
                   karena  itu,  teks  atau  wacana  lebih  merupakan  suatu  sistem  bahasa  yang
                   bersifat semantis dan sekaligus fungsional. Bahasa yang digunakan (fonologi,
                   grafologi,  leksikogramatika,  serta  semantik wacananya) merupakan pilihan
                   linguistis penuturnya dalam rangka merealisasikan fungsi sosial teks. Oleh



                   Bahasa Indonesia                                                       271








                                  Di unduh dari : Bukupaket.com
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273