Page 42 - PPK Berbasis Budaya-final
P. 42
Relevansi Sejarah dalam Penguatan Pendidikan Karakter
tidak boleh asal berbeda. Penyesuaian sesuai karakteristik
daerah dimungkinkan dalam pelaksanaan PPK melalui
Sejarah. Di samping itu, karakteristik sosial dan budaya
masyarakat juga diperhitungkan. Sebagai contoh, bentuk dan
strategi kegiatan PPK melalui Sejarah di sekolah, keluarga,
dan masyarakat dapat mendayagunakan dan memanfaatkan
kekayaan sosial dan budaya setempat. Pelaksanaan PPK
melalui Sejarah dengan peka konteks seperti ini niscaya akan
lebih diterima dan berhasil.
5. Prinsip Kepekaan terhadap Kearifan Lokal
Pelaksanaan PPK melalui Sejarah tidak berada di ruang
vakum sosial dan budaya di samping tidak bisa dilaksanakan
dengan mengabaikan, lebih-lebih meniadakan kelokalan
sosial dan budaya. Agar membumi dan berhasil tujuannya,
pelaksanaan PPK melalui Sejarah perlu peka dan adaptif
terhadap kearifan local yang berkenaan dengan sejarah;
kearifan lokal yang berkenaan dengan sejarah tentulah
demikian kaya dan beragam di Indonesia sehingga perlu
didayagunakan dan dimanfaatkan secara optimal. Dengan
demikian, pelaksanaan PPK melalui Sejarah juga mampu
merawat, merevitalisasi, dan melestarikan serta meremajakan
kearifan lokal sejarah di Indonesia. Untuk mewujudkan hal
ini, diperlukan kesigapan dan kecekatan pelaksana PPK
melalui Sejarah yang ada di berbagai lini Gerakan baik di
Kemendikbud dan Dinas Pendidikan dan atau Kebudayaan
Pemda maupun di lingkungan kementerian dan LPNK lain.
6. Prinsip Kepekaan terhadap Nilai Kesejagatan
PPK melalui Sejarah juga harus dapat mendorong,
memfasilitasi, dan memperkuat terwujudnya perubahan
mental, perilaku, dan budaya agar kita sebagai individu,
41