Page 202 - SEJARAH WAJIB KELAS X_Neat
P. 202

Sebagaimana telah disebutkan bahwa Kerajaan Kampar
                       sejak abad ke-15 berada di bawah Kerajaan Malaka. Pada
                       masa pemerintahannya, Sultan Abdullah  di Kampar tidak
                       mau menghadap  Sultan  Mahmud  Syah I di  Bintan  selaku
                       pemegang  kekuasaan  Kemaharajaan Melayu. Akibatnya
                       Sultan Mahmud Syah I mengirimkan pasukannya ke Kampar.
                       Sultan Abdullah minta bantuan Portugis, dan berhasil
                       mempertahankan Kampar. Ketika Sultan Abdullah dibawa ke
                       Malaka oleh Portugis, maka Kampar ada di bawah pembesar-
                       pembesar kerajaan, di antaranya Mangkubumi Tun Perkasa
                       yang mengirimkan utusan ke Kemaharajaan Melayu di bawah
                       pimpinan  Sultan Abdul Jalil Syah I yang memohon agar di
                       Kampar ditempatkan raja.


                            Hasil permohonan tersebut dikirimkan seorang pembesar
                       dari Kemaharajaan Melayu ialah Raja Abdurrahman bergelar
                       Maharaja Dinda Idan berkedudukan di Pekantua. Hubungan
                       antara Kerajaan Kampar di bawah pemerintahan Maharaja
                       Lela Utama  dengan Siak dan Kuantan diikat dengan hubungan
                       perdagangan.  Tetapi masa pemerintahan  penggantinya
                       Maharaja Dinda II memindahkan ibu kota Kerajaan Kampar
                       pada 1725 ke Pelalawan yang kemudian mengganti Kerajaan
                       Kampar menjadi  Kerajaan Pelalawan. Kemudian kerajaan
                       tersebut tunduk kepada Kerajaan Siak, dan pada 4 Februari
                       1879 dengan terjadinya perjanjian  pengakuannya  Kampar
                       berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Kerajaan
                       Indragiri sebelum 1641 yang berada di bawah Kemaharajaan
                       Malayu berhubungan  erat dengan  Portugis,  tetapi setelah
                       Malaka diduduki VOC, mulailah berhubungan dengan VOC
                       yang  mendirikan kantor dagangnya di Indragiri berdasarkan
                       perjanjian 28 Oktober 1664.


                       Pada 1765,  Sultan Hasan Shalahuddin  Kramat Syah
                 memindahkan ibukotanya ke Japura tetapi dipindahkan lagi pada
                 5 Januari 1815 ke Rengat oleh Sultan Ibrahim atau Raja Indragiri
                 XVII. Sultan Ibrahim inilah yang ikut serta berperang dengan Raja


                                                                                  Sejarah Indonesia  193
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207