Page 58 - E-MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 58
laki oleh struktur sosial yang tidak adil. Oleh karena itu, intelektusl libersl radikal,
dengan meminjam istilah dari kaum feminis mempopulerkan idiom personal is
political. Meskipun bukan satu-satunya prinsip yang dijadikan pegangan oleh
intelektual liberal radikal, idiom ini telah turut membantu memberikan proses
penyadaran pada masyarakat agar berperan serta dam melakukan kegiatan
43
kemanusiaan.
Dibidang teologi, kelompok muslim liberal radikal sebagian besar
mengikuti mahzab teologi pembebasan. Teologi pembebasan yang memakai
paradigm sosial konflik atau Marxian diadopsi dengan beberapa modifikasi. Pola
relasi materialis dan ekonomi menurut pemahaman ini bahwa basis materialis
adalah fondasi masyarakat yang mendasari seluruh hukum, moral, agama,polotik
dan institusi politik kemasyarakatan yang disebut sebagai superstruktur.
Superstruktur akan menjadi tidak adil dalam implementasinya ketika ada bias-bias
dalam memahami superstruktur sebagai bagian dari otoritas salah satu kelompok
dalam masyarakat. Kelompok tersebutyang dianggap memiliki otoritas, seperti ahli
agama, kiai, fuqiha dan mutakalimin. Pemahaman mereka tidak jarang dimutlakkan
sehingga otoritas yang mereka punya tidak bukan membebaskan, melainkan
manjadi otoriter karena pendapatnya sering dipaksakan untuk diterima oleh
44
kelompok lain yang dianggap tidak memiliki otoritas.
Karakteristik yang dimiliki kaum intelektual muslim liberal dalam
menyikapi norma agama islam umum tidak terlalu memperhatikan norma
keagamaan. Bagi mereka persoalan ibadah diserahkan setiap individu. Beberapa
feminis yang tergolong liberal radikal, tidak pernah menyebutkan dirinya adalah
Ruhaini Dzuyatin, budi Munawar Rachman, dan Nasruddin Umar. Gagasan dan
karya mereka selalu berupaya membongkar dominasi-hegemoni laki-laki atas kaum
perempuan dalam tafsir kitab suci.
45
43 Zuly Qodir, Islam Liberal, hlm.130
44 Islam Liberal: Membangun Dentuman, Mentradisikan Eksperimentasi. Jakarta: PT. Pasarindo
Bungamas Nagari, (2002).
45 Ali, Mohammad. Islam Muda: Liberal, Post Puritan, Post Tradisional. Yogyakarta: Apeiron
Philotes, 2006.
30