Page 59 - E-MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 59

Prinsip pemikiran ini mencoba mempertahankan kembali paradigma yang

                        mainstream  yang  ada  dan  idiologi  yang  tersembunyi  didalamnyasekaligus
                        merupakan paradigma alternatif yang diharapkan mampu mengubah struktur dan

                        superstruktur yang menindas rakyat serta membuka kemungkinan bagi rakyat untuk
                        mewujudkan  potensi  kemanusiaan.  Beberapa  kelompok  liberal-transformatif

                        menerapkan paradigma teologi pembebasan yang didobsi oleh Asghar Ali Engineer

                        dan Hasan Hanafi. Salah satu bentuk yang paling nyata dilakukan di pesantren-
                        pesantren. Moeslim Abdurahman, Mansoer Faqih, dan Abdurrahman dalah contoh

                                                                                   46
                        dari pemikir liberal transformatif pada awal pertumbuhannya.
                               Baik Moslim Abdurahman maupun mansour Faqih dapat disebut sebagai
                        generasi pemikir islam yang becorak  transformatif karena cara pandangnya yang

                        transformatif  terhadap  problema  sosial.  Mereka  mencoba  memberikan  tawaran
                        alternatif  pada  masyarakat  untuk  melihat  masalah  sosial  dari  kacamata  agama

                        islam. Moslim Abdurahman maupun Mansour Faqih dapat dikategorikan sebagai

                        penerus  teologo  tradisi  pembebasan  di  Indonesia,  pasca  Abdurrahman  Wahid.
                        Keduannya  juga  tampak  mengamini  kerangka  berfikir  kaum  Marxis  yang

                        menempatkan ketergantungan dan hegemoni sebagai sumber masalah kemanusiaan
                        dari kemiskinan. Dalam kaitannya dengan struktur sosial yang tidak adil misalnya,

                        Moeslim Abdurahman mencoba memberikan tafsir alternatif yang mengarah pada

                        transformasi. Sebagai bentuk praksis dari keperdulian islam transformatif  tidak ada
                        kata lain kecuali, ajaran-ajaran islam harus mampu menyentuh dan menyapa kaum

                        Dhuafa  dan  kelompok  marjinal.  Keduannya  merupakan  kelompok  tersisih  yang
                        terhadi  karena  banyak  penyebab,  seprti  pembangunan  yang  tidak  ramah  tamah

                        manusia, ketidak adilan dan ketimpangan ekonom, serta politik dan struktur sosial
                        yang tidak adil sehingga kaum mustad’afin (kelompok yang dilemahkan)  sudah

                        seharusnya mendapatkan perhatian dari kaum muslim.







                        46 Islam Liberal Dan Fundamental: pertarungan Wacana. Jogjakarta: eLSAQ,( 2003).




                                                              31
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64