Page 54 - E-MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 54

Salah satu misi JIL adala menghadapi (tepatnya menghancurkan) gerakan

                        Islam fundamentalis, Islam radikal, Islam militan, dan sejenisnya. Secara ringkas,
                        "misi" JIL adalah membunuh perkembangan Islam militan atau Islam ekstrem atau

                        Islam fundamentalis atau Islam radikal. Penggunaan istilah tersebut adalah bagian
                        dari pengacauan (disinformasi) atau eror terhadap umat Islam dalam lapangan opini

                        publik.  Istilah  itu  tidak  jelas  maknanya,  dan  secara  akademis  sangat  sulit

                        dipertanggung jawabkan.

                               Untuk  menekankan  berkembangnya  Islam  'radikal',  umat  Islam  perlu

                        melanjutkan  transfer  ide-ide  Islam  melalui  lambang  pendidikan  media  massa
                        seperti  penerbitan  buku  dan  jurnal,  fasilitas  internet.  Selain  itu,  mendukung

                        lembaga  pendidikan  IAIN  yang  telah  berhasil  melakukan  tranfer  ide-ide  Islam

                        progresif  dan  inklusif  terutama  pada  tahun  1980-an.  Corak  pemikirannya  lebih
                        tampak  pada  IAIN  Syarif  Hidayatullah  dengan  tokohnya  Harun  Nasution  dan

                        Nurcholis Madjid serta IAIN Sunan Kalijaga dengan tokohnya Mukti Ali. Gagasan
                        intelatual  Islam  liberal  di  Indonesia,  khususnya  yang  di  produksi  IAIN  terus

                        berkembang, sehingga memunculkan intelektual Islam baru.


                        C. C. Corak Pemikiran Islam Liberal
                           a.  Liberal-Progresif

                               Mengikuti pemetaan isu yang dibuat oleh omit safi dalam progresif moeslim
                        (2003), tipologi liberal progresif disini lebih merujuk pada perhatian iontelektual

                        muslim  terhadap  kultural  yang  ada,  baik  dalam  politik  maupun  keagamaan,
                        mengenai keadilan sosial, keadilan gender, dan plurasime. Omit safi menyatakan

                        kesulitannya ketika harus menerjemahkan istilah muslim progresif atau musl;im

                        liberal,  sebab  sebagian  besar  intelektualyang  dirujuk  dalam  tulisannya  juga
                        menolak disebut sebagai intelektual liberal karena dianggap berkonotasi negative.

                        Sekalipun  demikian,  pemaknaan  kata  liberal  progresif  disini  sebenarnya  lebih
                        diarahkan  kepada  pemaknaan  tentang  adannya  reformasi  (perubahan)yang

                        diarahkan  pada  pemahaman  atasa  islam.  Dengan  isltilah  liberal  progresif  lenih










                                                              26
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59