Page 29 - Normal Pendidikan Fondasi-Nilai dan Prinsip CU-2020-ok
P. 29

penguatan  ekonomi  rakyat.  Pemerintah  mengucurkan  biaya  besar  untuk  urusan
               ‘gayang Malaysia’ dan pembebasan Irian Barat (Papua) ke pangkuan RI.
                  Pemerintah melalui BI mencetak uang sebanyak-banyaknya. Uang itu digunakan
               untuk pembangunan Proyek Mercusuar, agitasi dan propaganda terhadap Malaysia,
               nasionalisasi perusahaan asing, dan pembelian peralatan tempur.






















                                    Pertumbuhan Kopdit 1996-2020 (Majalah PICU)

                  Akibatnya peredaran uang di masyarakat meningkat pesat. Harga barang melonjak
               kegirangan.  Hiperinflasi  pun  terjadi.  Dollar  AS  menguat.  Beban  utang  luar  negeri
               meningkat. Biaya impor selangit. Kas negara defisit. Buntutnya, menghentikan impor
               beras.  Pemerintah  melancarkan  swasembada  pangan.  Upaya  ini  kandas,  lantaran
               diterpa kemarau panjang.
                  Krisis  ekonomi  ini  berdampak  buruk  bagi  petani.  Gagal  panen,  di  Jawa,  petani
               kehilangan pendapatan. Mereka pergi ke kota-kota menjadi pengemis. Pengangguran
               meluap. Sebagian yang bertahan di pedesaan mengalami kelaparan dan kemelaratan.
                  Situasi  ini  mendorong  Gereja  Katolik  membuka  mata.  Pemberdayaan  ekonomi
               umat digerakan. Gereja sadar, “umat yang lapar, tentu tidak bisa ke gereja”. Maka,
               KWI  (waktu itu,  MAWI)  menugaskan  Pater  Carolus  Albrecht,  SJ  (Delegatus  Sosial
               Keuskupan Agung Jakarta) dan Pater Frans Lubbers, OSC (delegatus sosial keuskupan
               Bandung)  mengembangkan  Kopdit/CU  bersama  semua  delegatus  keuskupan  di
               Indonesia.
                  Bapak  Ir.  Ibnoe  Soedjono  sebagai  Direktur  Jenderal  Departemen  Tenaga  Kerja,
               Transmigrasi dan Koperasi menanggapi positif upaya hadirnya CU. Ia memberikan
               restu  pengembangan  Kopdit/CU  di  Indonesia  berdasarkan  UU  No.12  Tahun  1967
               tentang  Pokok-Pokok  Perkoperasian.  Bapak  Ir.  Ibnoe  Soedjono  hadir  dalam
               Konferensi Nasional Koperasi Kredit (KNKK) di Bandungan, Ambarawa, Jawa Tengah
               pada  Agustus  1976.  Bapak  Ibnoe  Soedjono  menjadi  Ketua  Dewan  Penyantun
               Kopdit/CU yang beranggotakan Raden Mas Margono Djoyohadikusumo (pendiri BNI
               46),  Prof.  Dr.  Fuad  Hasan  (Guru  besar  psikologi  yang  kemudian  menjadi  Menteri
               Pendidikan dan Kebudayaan), Mochtar Lubis (wartawan dan satrawan), Prof. Dr. A.M.
               Kadarman, SJ (Pendiri Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen), A.J.
               Sumandar, John Dijkstra, SJ dan Pater Albrecht, SJ sendiri. Gerakan ini cikal-bakal
               CUCO Indonesia-kini Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit).










               29 | P a g e -   D i k l a t   P e n d a l a m a n   N i l a i - N i l a i   C U
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34