Page 113 - Perilaku Konsumen - Mashur Razak
P. 113
Keterlibatan yang tinggi menimbulkan pencarian informasi
yang ekstensif dan akhirnya kesetiaan kepada merek, sedangkan
keterlibatan yang rendah menimbulkan keterbukaan dan kesadaran
terhadap merek dan kemudian mungkin ke kebiasaan membeli
merek tersebut. Karena meningnkatnya kepuasan pelanggan
terhadap produk dan diikuti pembelian berulang, pencarian
informasi mengenai berbagai merek alternatif akan berkurang. Para
pemasar tidak hanya tertarik pada cara bekembangnya kesetiaan
terhadap merek tetapi juga pada kapan kesetiaan itu berkembang.
Para pemasar juga tertarik mencari faktor-faktor stimulus apa dalam
promosi mereka yang dapat mempengaruhi perilaku membeli.
Tujuan akhir dari semua kegiatan pemasaran adalah meningkatnya
pangsa pasar para konsumen yang setia kepada merek secara
permanen.
Ekuitas Merek (Brand Equity)
Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran
konsumen dapat dilihat dari ekuitas merek, yang menggambarkan
adalah sejauh mana konsumen memberi nilai terhadap sebuah
merek. Menurut David A. Aaker, Brand Equity adalah satu set
brand asset dan liabilitas yang berkaitan dengan suatu merek, nama
dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para
pelanggan perusahaan. Brand Equity ini mempunyai lima kategori,
yaitu : 1. Loyalitas merek (Brand Loyalty), 2. Kesan nama (Name
Awareness), 3. Kesan kualitas (Perceived Quality), 4. Assosiasi
merek (Brand Associations) dan 5. Aset-aset merek lainnya (Other
Proprietary Brand Assets)
Brand Loyalty merupakan inti dari ekuitas merek (brand
equity). Suatu produk yang dapat mempunyai name awareness yang
tinggi, kualitas yang baik, brand associations yang cukup banyak
tetapi belum tentu memiliki brand loyalty. Sebaliknya produk yang
memiliki brand loyalty dapat dipastikan memiliki name awareness
yang cukup tinggi, kualitas yang baik, brand associations yang
100 | Perilaku Konsumen