Page 34 - Perjalanan
P. 34

Perjalanan--  halaman  33



                             Sampai di Sikhem ternyata saudara-saudaranya tidak ada
                             disana, mereka sudah pergi lagi lebih jauh lagi yaitu ke Dotam.
                             Maka Yusuf menyusul saudaranya dan mendapati mereka di
                             Dotam. Dari jauh ia telah kelihatan kepada mereka. Dalam ayat
                             18, digambarkan“...tetapi sebelum ia dekat pada mereka,
                             mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk
                             membunuhnya.”

                             Setelah tujuh belas tahun hidup nyaman, Yusuf akan
                             menghadapi titik balik yang tidak sadarinya akan segera terjadi.
                             Ia akan mendapatkan dirinya dalam bahaya kematian. Dalam
                             ayat 23, diuraikan, bahwa baru saja Yusuf tiba di depan saudara-
                             saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, yaitu
                             jubah maha indah yang dipakainya lalu, melemparkannya ke
                             dalam sumur kosong tidak berair. Berarti, Yusuf dilemparkan
                             ke tempat dimana dia terasing, di tempat dimana dia akan
                             kelaparan atau ke tempat ia akan mati dalam kondisi yang
                             teraniaya. Untunglah Tuhan tidak membiarkan hal itu terjadi.
                             Dalam ayat 25 disebutkan bahwa; ketika saudara-saudaranya
                             mengangkat muka mereka, kelihatan mereka suatu kafilah
                             orang Ismael datang dari Gilead dengan unta-untanya dengan
                             membawa damar, balsam, dan damar ladan. Mereka dalam
                             perjalanan dagang mengangkut barang-barang itu ke Mesir.
                             Kata Yehuda kepada saudara-saudaranya, “Apa untungnya
                             kalau kita membunuh adik kita untuk menyembunyikan
                             darahnya. Mari kita jual kesana.”  Kata-kata itu merupakan
                             anugerah bagi Yusuf, namun ia tentu tidak menyadri hal itu.
                             Yang pasti adalah Yusuf yang tadinya hidup dalam kenyamanan
                             serta mendapat perhatian khusus dari orang tuanya dan
                             memiliki hidup yang serba enak, sehingga ia tidak peka pada
                             orang lain, kini memasuki kesengsaraan. Ia dilemparkan ke
                             dalam keadaan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan akan
                             terjadi dengan dirinya. Ia menjadi budak-- seperti barang
                             dagangan. Artinya, ia hidup dalam keadaan sama sekali tak
                             berdaya karena sebagai budak sewaktu-waktu Yusuf dapat
                             dibuang, dijual kembali bahkan dibunuh.

                             Kini hidup Yusuf berada di dalam tahap ketiga.  Dalam tahap
                             ketiga seperti itu, sebagai budak ia tiba di Mesir, dibeli oleh
                             Potifar. Ia hidup sendirian, tanpa ayah dan saudara dan tidak
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39