Page 12 - 16. CHERIE DIS SANG RATU RENANG
P. 12

“Nggak apa-apa nanti juga sembuh, mungkin kamu kebanyakan makan

                           donat.”  Kata  mama  mencoba  mencairkan  suasana  berupaya  supaya  aku
                           tersenyum.
                               “Mama bisa aja.” Jawabku sambil tersenyum.

                               Mama meninggalkanku untuk mengurus keperluan ayah dan abangku.
                               “Kamu  sakit?”Abang  datang  dengan  wajah  penuh  kekhawatiran  diikuti
                           ayah yang sudah siap berangkat ke kantor.

                                “Udah  minum  obat  kan?”  Tanya  ayah  memastikan.  Aku  hanya
                           mengangguk. Kurasakan ayah membelai rambutku, “Ayah berangkat dulu ya,

                           jangan lupa nanti siang minum obat lagi dan tidak boleh minum es.” Katanya
                           sambil menunjuk lemari es. Aku hanya tersenyum.
                               Aku  bersalaman  dengan  ayah  dan  abang.  Sambil  mengucapkan  salam

                           mereka  keluar  kamar  dan  kudengar  mama  mengingatkan  bekal  mereka.
                           Hmmm…mamaku  memang  seorang  ibu  yang  luar  biasa  -  tak  kenal  lelah,
                           penuh perhatian, dan sangat sigap dengan segala keperluan kami.

                               Sudah  dua  hari  badanku  demam,  terkadang  temperaturnya  turun  tapi
                           menurut mama aku harus ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, apalagi
                           aku  kurang  nafsu  makan  dan  badanku  lemas  sekali  terutama  bagian  kaki.

                           Kudengar  ayah  menelepon  mama  dan  memintanya  membawaku  ke  dokter
                           Inneke.

                               Aku  sangat  berharap  kesehatanku  kembali  pulih,  bisa  sekolah  lagi.
                           Jangan sampai ketinggalan pelajaran menjelang PTS. Aku tidak mau ulangan
                           susulan, apalagi sendirian di ruang guru. Sungguh nggak enak, pikirku sambil

                           membayangkannya.
                               Setelah  dua  hari  tidak  ada  perubahan,  mama  membawaku  ke  dokter

                           Inneke. “Ayo siap-siap, sebentar lagi kita ke dokter Inneke supaya kamu cepat
                           sehat lagi.” Kata mama sambil membereskan tempat tidurku.
                               “Ya, Ma.” Jawabku berusaha bangun dengan bantuan mama.

                               Sesampainya di rumah sakit tempat dokter Inneke praktek, kulihat banyak
                           anak-anak  seusiaku  memenuhi  ruang  tunggu  yang  sudah  disiapkan  pihak
                           rumah  sakit.  Perawat  memintaku  untuk  menimbang  berat  badan  dan

                           mengukur tinggi badanku. Setelah itu kami menunggu sesuai nomor antrian.
                               Mungkin karena musim kemarau dan cuaca panas sekali menyebabkan
                           banyak anak-anak yang sakit.


                        8
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17