Page 17 - 16. CHERIE DIS SANG RATU RENANG
P. 17

Sambil menarik nafas panjang dokter berkata, “Berdasarkan hasil lab ada

                           virus polio dalam darah Cherie, Bu.”
                               “Saya akan memberikan obat anti virusnya, mudah-mudahan akan lebih
                           baik dan cepat sembuh.” Katanya meyakinkan kami.

                               Dokter menyalami ayah dan mama sebelum kami keluar ruangannya.
                               “Insya Alloh kamu sembuh, kita berusaha dan berdoa pasti dikabulkan.”
                           Kata ayah memberi semangat padaku.

                               Sepanjang  perjalanan  menuju  rumah  tak  banyak  yang  kami  bicarakan.
                           Untuk  mencairkan  suasana  ayah  memutar  radio  yang  menyiarkan  masalah

                           ekonomi negara kami saat ini. Jika tidak, mungkin kami akan bergelut dengan
                           pikiran  kami  masing-masing.  Tak  dapat  kulupakan  betapa  dokter  begitu
                           seksama memperhatikan hasil lab. Walaupun ia hanya menyebutkan virusnya

                           dan  memberikan  resep  lagi,  tentu  saja  hal  ini  sangat  membuatku  khawatir
                           akan kesehatanku, mungkin pikiranku sama dengan ayah dan mama. Wajah
                           mereka  menunjukkan  seolah-olah  semua  baik-baik  saja,  atau  mungkin  rasa

                           khawatirku yang berlebihan.
                               Kami tiba saat adzan ashar berkumandang. Cukup melelahkan dari pagi
                           hingga sore kami baru tiba di rumah.

                                Ayah membuka pintu mobil dan menuntunku hingga kamar.
                               “Ayah, kakiku lemas sekali.” Kataku sambil menahan air mata agar tidak

                           terlihat sedih di depan ayah.
                               “Setelah  minum  obat,  pasti  kaki  kamu  akan  kuat  lagi.  Jangan  khawatir
                           semua akan baik-baik saja.” Kata ayah berusaha menenangkanku.

                               Seperti biasa mama menyiapkan bubur dan obat untukku, terlihat mama
                           sangat  cekatan.  Tak  terlihat  lelah  sedikitpun  di  wajahnya,  walaupun  kutahu

                           mama pasti capai mengurus kami. Tapi jika hal itu kusampaikan mama pasti
                           bilang “itu sudah menjadi tugas mama, Insya Alloh balasannya langsung dari
                           Alloh.” Ahh…sungguh jawaban yang menyejukkan hati.

                               “Kamu  tidur  ya,  ayah  dan  mama  mau  sholat  Ashar  dulu.”  Kata  mama
                           sambil mengelus pipi merahku.
                               “Ya, Ma.” Jawabku lirih.

                               Mama mennyiapkan keperluan sholat Ashar dan aku berdoa dalam hati
                           semoga  mereka  pun  berdoa  untuk  kesembuhanku.  Ya  Alloh,  ampunilah
                           segala dosa-dosaku, kembalikanlah kesehatanku, dan angkatlah penyakitku.


                                                                                                   13
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22