Page 18 - 16. CHERIE DIS SANG RATU RENANG
P. 18

Tak terasa air mata menetes di pipiku, sungguh aku tidak pernah merasakan

                           sakit  yang  luar  biasa  seperti  yang  kurasakan  saat  ini.  Semoga  Alloh
                           mengabulkan doa kami.




























                               Setelah  beberapa  hari  tak  juga  ada  perubahan,  ayah  membawaku
                           kembali  ke  rumah  sakit  karena  kakiku  makin  sulit  digerakkan.  Setibanya  di
                           rumah  sakit,  kami  menuju  ruang  IGD  rumah  sakit  dan  mama  membantuku

                           naik kursi roda dari samping ruang IGD.
                               Para  perawat  hilir  mudik  memeriksa  para  pasien  dan  melaporkan  serta

                           menulis  hasil  laporannya,  juga  ada  yang  sedang  berbicara  dengan  dokter
                           Inneke.  Saat  itu  walaupun  badanku  terasa  demam  tapi  aku  masih  dalam
                           keadaan  sadar.  Perawat  mengambil  sample  darahku  untuk  diperiksa  di

                           laboratorium. Sungguh keadaan yang tidak mengenakkan.
                               Kulihat  ayah  sedang  berbincang-bincang  dengan  dokter,  tanpa  kutahu

                           apa  yang  mereka  bicarakan,  sedangkan  mama  tetap  menemaniku  di  sisi
                           tempat  tidur.  Setelah  lebih  kurang  dua  jam,  perawat  membawaku  ke  ruang
                           rawat  inap.  Ya,  Alloh  kenapa  jadi  begini?  Aku  tidak  mau  keadaan  terburuk

                           kualami,  ah…tak  dapat  kubayangkan  jika  kakiku  benar-benar  tak  dapat
                           digerakkan lagi.
                               “Apa  yang  kamu  pikirkan?  Semua  akan  baik-baik  saja.”  Kata  mama

                           berusaha menghiburku.




                        14
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23