Page 22 - 16. CHERIE DIS SANG RATU RENANG
P. 22
Kami menyusuri beberapa bagian rumah sakit dalam diam, hingga masuk
ke mobil pun tak banyak yang ayah katakan. Dengan hati-hati, ayah
menggendongku dan menempatkanku duduk di posisi belakang ayah. Mama
disebelahku dan abang duduk di samping ayah.
Kusandarkan kepalaku di bahu mama. Mama mengelus-elus rambutku
dengan penuh kasih sayang. Tak sepatah kata pun yang ia ucapkan. Hening,
dengan pikiran kami masing-masing.
Kami tiba saat adzan magrib berkumandang. Ayah menyuruh kami
segera bersih-bersih, istilah ayah untuk mandi dan siap-siap sholat magrib.
Sedangkan mama membereskan semua keperluan mandiku. Kulihat mama
tak ada lelahnya dan satu hal mama tidak pernah mengeluh, bagaimana pun
capenya.
“Setelah sholat nanti kita makan bersama, udah lama ya kita nggak
makan bareng.” Sahut ayah mencairkan suasana di antara kami.
“Siap, Yah.” Abang menyahut dari balik pintu kamar mandi.
“Mama sudah order makanan dan sebentar lagi datang.” Sahut mama
meyakinkan kami.
Kami sholat magrib berjamaah. Tapi dengan kondisiku saat ini, aku sholat
dalam keadaan duduk. Walaupun mama selalu membantu semua
keperluanku, tapi sejujurnya aku ingin mencoba berusaha sendiri, seperti apa
yang ayah katakan tadi siang. Aku harus kuat bagaimanapun kondisiku.
Setelah sholat aku berdoa dan
memohon kekuatan bagiku dan bagi
keluargaku. Memohon agar ayah,
mama, dan abang selalu diberikan
kesehatan. Tanpa Alloh yang
memberiku ketabahan, sulit rasanya
menjalani hari-hariku. Aku bersyukur
semua anggota keluargaku sangat
peduli dan siap kapan pun
membantuku.
18