Page 26 - 16. CHERIE DIS SANG RATU RENANG
P. 26

Sejenak  aku  tertegun  tak  berkata  apa-apa.  Kulihat  sorot  mata

                           Dinda tampaknya ingin meyakinkanku. Sungguh, keadaan yang cukup
                           sulit.

                               Dinda  keluar  kamar  dan  kudengar  ia  meminta  ijin  mama  untuk

                           mengajakku jalan-jalan.
                               “Dinda boleh ngajak jalan-jalan Cherie tapi jangan jauh-jauh ya, di

                           depan taman saja.” Kata mama tanpa menolak keinginan Dinda
                               “Baik, Bu. Kami cuma sebentar saja.” Jawab Dinda dengan mantap.

                               Kami  berjalan-jalan  keliling  taman.  Dinda  bercerita  bagaimana

                           ramainya di kelas saat Bu Dwi tidak masuk karena sakit beberapa hari
                           yang lalu. Anak laki-lakinya main bola plastik kecil di kelas dan akibat

                           lemparan Fathi terkena wajahnya Najmi.
                                “Kasihan lho, Najmi nangis mukanya jadi merah karena kena bola.

                           Untungnya  nggak  kena  matanya.”  Kata  Dinda  sambil  menatapku
                           seolah-olah ingin menghiburku.

                               “Fathi  memang  rajanya  bola.”  Jawabku  sekenanya  sambil

                           kuperhatikan dua orang anak perempuan kebut-kebutan main sepeda.
                               Tak bisa kupungkiri aku sangat sedih melihatnya, “Din, kita pulang

                           saja ya.” Pintaku pada Dinda.
                               Dinda  hanya  menggangguk  tanpa  bertanya  apapun.  Mungkin  ia

                           tahu kerisauan hatiku.

                               Di  rumah  mama  sudah  menyiapkan  dua  mangkok  bakso  dan  jus
                           mangga. Kelihatannya cukup menggiurkan, ditengah cuaca panas saat

                           ini.
                               “Terima  kasih  bakso  dan  jus  mangganya,  Bu.  Enak  sekali.”  Kata

                           Dinda sambil makan suapan bakso terakhirnya.

                               “Kamu harus bersyukur punya mama jago masak.” Katanya sambil
                           mengacungkan ibu jarinya.

                               “Kamu  jangan  lama-lama  deh  dirumahku  nanti  baksonya  habis
                           karena kamu tambah lagi.” Kataku menimpali jawaban Dinda

                               Kami tertawa bersama begitu juga mama.


                        22
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31