Page 30 - 16. CHERIE DIS SANG RATU RENANG
P. 30

belajar lagi. Dasar-dasar renang telah kupelajari dari Pak Maman yang

                           memang pelatih renangku sejak usia 6 tahun. Mungkinkah Pak Maman
                           mau  dan  bisa  mengajariku?  Selama  ini  yang  kulihat  di  kolam  renang

                           Shinta,  Pak  Maman  hanya  mengajari  anak-anak  normal,  tidak  anak

                           berkebutuhan khusus.
                               Pagi telah tiba.

                               Mama  mengetuk  pintu  kamar  dan  menggendongku  sambil
                           bersenandung riang.

                               “Mama senang banget nih, ada apa Ma? Tanyaku keheranan

                               “Ya  dong,  kita  harus  semangat.  Ini  hari  Minggu  kita  mau  jalan-
                           jalan.” Gimana?”

                               “Aku mau, Ma. Tapi kemana?”
                               “Ikut aja, mama juga nggak tahu.”Katanya sambil menggelengkan

                           kepalanya.
                               “Sepertinya ayah akan bikin surprise untuk kita. Kita lihat saja nanti.

                           Sekarang kamu mandi dulu.”

                               Mama  menggendongku  ke  kamar  mandi.  Setelah  selesai  mandi,
                           kami  sekeluarga  sarapan  sambil  main  tebak-tebakan  yang  terbagi

                           dalam dua tim, abang dengan ayah sedangkan aku dengan mama.
                               “Buah apa yang pernah menjajah Indonesia?” Kata abang dengan

                           penuh  semangat

                               “Pasti nggak ada yang bisa.” Katanya meyakinkan kami
                               Aku dan mama saling berpandangan.

                               “Apa ya? Apa, Ma? Tanyaku pada mama
                               “Mama  juga  nggak  tahu.  Apa  jawabannya,  Bang?”  Kata  mama

                           penuh rasa ingin tahu.

                               “Terong belanda, Ha…ha…ha…” Satu kosong kata abang dengan
                           bangganya.

                               Hampir  saja  ayah  tersedak  karena  menahan  tawanya  melihat
                           tingkah abangku yang berjoged di depan kami. Sungguh suasana yang

                           tak dapat kulupakan.


                        26
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35