Page 30 - B7_290121 BUKU PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Rev
P. 30
stimulus baru ini tidak dimunculkan kembali, maka, CR akan
kembali seperti semula.
3. Inhibisi Terpendam
Inhibisi jenis ini dilakukan dengan memperlambat kemunculan CS-
UCS secara bersama. Dengan begitu kekuatan prediksi CS atas
kehadiran UCS akan menurun. Akan tetapi, CR akan muncul
seperti semula ketika CS dan UCS hadir secara berpasangan lagi.
4. Inhibisi dari Penundaan
Inhibisi jenis terjadi karena terjadi penundaan atas munculnya CR,
karena jarak antara CS dan UCS. Misal ketika kita masuk restoran.
Kita menunda keluarnya air liur, sampai makanan tersedia.
5. Terganggunya Inhibisi
Dalam bagian yang telah lalu, telah disampaikan bahwa
kemunculan stimulus baru selama kondisioning menyebabkan
tercegahnya kemunculan CR. Hal yang sama akan terjadi dalam
inhibisi. Munculnya stimulus baru akan mengacaukan proses
inhibisi, karena stimulus baru itu justru akan memancing
kemunculan CR. Peristiwa semacam ini disebut disinhibition.
Penerapan Desensitisasi Sistematis, Penerapan Teori Pavlov dalam Terapi
Teori Pavlov
dalam Terapi Teori Kondisioning Pavlov bisa digunakan untuk mengubah
perilaku phobia. Prosedur yang disebut dengan desensitisasi
sistematis ini, telah digunakan untuk menghilangkan phobia.
Misalnya seseorang sangat takut dalam ujian. Ketakutan ini bisa
saja disebabkan dirinya tidak menguasasi pelajaran. Apa yang dapat
dilakukan agar ia bisa menjalani ujian tanpa merasa takut?
Jawabannya adalah desensitisasi sistematis, suatu terapi yang
dikembangkan oleh Joseph Wolpe, untuk menghalangi munculnya
rasa takut dan menekan perilaku phobia. Terapi Wolpe ini
menggunakan Teori Kondisioning Pavlov.
Teori Belajar (Behavioristik) 19
Teori Belajar (Behavioristik) Halaman 19