Page 286 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 286
Pengayaan Materi Sejarah
partai-partai politik dan para panglima daerah mengutuk
setiap gerakan yang menentang dirinya dan kebijakannya.
Pada tanggal 10 Maret 1966, Presiden Soekarno
memanggil pimpinan partai-partai politik ke Istana Merdeka
untuk mengadakan pertemuan penting seperti yang pernah
dilakukannya pada bulan Desember 1964, tentang heboh
dokumen rahasia PKI. Pimpinan partai-partai politik yang
hadir memenuhi panggilan Presiden adalah dari NU (H.A.
Syaichu, Subchan Z.E), PSII (Harsono Tjokroaminoto), Perti
(K.H. Roesli Halil, T.S. Mardjohan), Muhammadiyah (H.
Mulyadi Djojomartono, Ir. Sanusi), IP-KI (A. Sukendro,
Achmad Soekarmadidjaja, Ratu Aminah Hidayat), Partai
Katolik (I.J. Kasimo, I.G. Duriat), Parkindo (J.C.T. Simorangkir,
M. Siregar), PNI (Ali Sastroamidjojo, Ir. Surachaman) dan
Partindo (Asmara Hadi). Dalam pertemuan tersebut Presiden
didampingi oleh para Waperdam, dr. Soebandrio, Dr.
Leimena, Dr. Chaerul Saleh, Menteri Penerangan Mayjen
Achmadi dan Dubes RI untuk Cuba A.M. Hanafi. Pembicaraan
berlangsung tegang. Presiden menghendaki agar partai-
partai politik dan organisasi massanya mengutuk aksi-aksi
demonstran yang menghina dirinya. Sebaliknya mayoritas
partai-partai politik menghendaki agar PKI yang merupakan
sumber pemicu krisis dibubarkan. Presiden Soekarno
meninggalkan tempat dan membiarkan mereka selama enam
jam di istana. Partai-partai politik akhirnya berhasil
merumuskan pernyataan resmi dan kebulatan tekad. 55
Pertama, tidak dapat membenarkan cara-cara yang
dipergunakan para pelajar/mahasiswa dan pemuda yang
akibatnya langsung atau tidak langsung membahayakan
jalannya revolusi Indonesia dan kewibawaan PBR Soekarno.
Kedua, menyadari keadaan sekarang sangat gawat dan
aktivitas-aktivitas subversiv dari pihak Nekolim. Ketiga,
berketetapan hati dan bertekad bulat untuk melaksanakan
tanpa reserve Perintah Harian Presiden/Mandataris
MPRS/Pangti AB/PBR Bung Karno tanggal 8 Maret 1966.
Pernyataan tersebut sempat dimuat oleh surat kabar
Angkatan Bersendjata, Kompas, tanggal 11 Maret 1966.
Namun ada keesokan harinya pernyataan tersebut diralat
274