Page 361 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 361

pembangunan yang telah direncanakan pemerintah berjalan kurang
                lancar.

                      Penyusunan  agenda  Orde  Baru  dibantu  oleh  militer,  hal  ini
                nampak  pada  hasil  yang  dirumuskan  pada  Seminar  II  Angkatan  Darat
                pada  bulan  Agustus  1966  seperti  yang  diungkapkan  oleh  Notosusanto
                (1985, 31) mengenai pengertian, ciri-ciri dan hakekat Orde Baru. Orde
                Baru  menghendaki  suatu  tata  fikir  yang  lebih  realistis  dan  pragmatis,
                walaupun  tidak  meninggalkan  idealisme  perjuangan  anti  kolonialisme
                dan  anti  imprealisme.  Orde  Baru  menginginkan  suatu  tata    susunan
                yang  lebih  stabil,  berdasarkan  kelembagaan  dan  bukan  tata  susuna
                yang  dipengaruhi  oleh  oknum-oknum  yang  mengembangkan  kultur
                individu.  Orde  Baru  menghendaki  kepemimpinan  dan  pemerintahan
                yang  kuat  dalam  masa  peralihan  dan  pembangunan,  mengutamakan
                konsolidasi  ekonomi  dan  sosial  dalam  negeri,  pelaksanaan  yang
                sungguh-sungguh  dan  cita-cita  demokrasi  ekonomi.  Orde  Baru
                merupakan  suatu  tata  kehidupan  baru  disegala  bidang  yang
                berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.


                5.4.  Politik Indonesia Masa Orde  Baru

                      Setelah  Soeharto  menjadi  pejabat  presiden  pada  tahun  1967,
                Nasution  dipilih  menjadi  Ketua  MPRS,  lembaga  tertinggi  negara  di
                Indonesia  yang  terdiri  dari  anggota  DPR,  wakil-wakil  golongan
                fungsional dan daerah, yang berfungsi memilih presiden dan wakilnya,
                mengubah  undang-undang  dasar  serta  menetapkan  Garis-garis  Besar
                Haluan  Negara  (GBHN)  yang  harus  dilaksanakan  presiden.  Penetapan
                GBHN dianggap menjadi ancaman utama bagi Soeharto sehingga Jusuf
                         2
                Wanandi merasa perlu untuk mengingatkan Soeharto untuk hal ini:
                      “Masalah  ini  berkisar  sekitar  Nasution.  Saya  merasa  Nasution
                      tidak  pernah  memaafkan  Soeharto  karena  mengambil  jabatan
                      presiden.  Mungkin  Nasution  memiliki  ambisi  juga,  tetapi  setelah
                      Soeharto  melakukan  konsolidasi  kekuatannya  pada  tahun  1967,
                      kesempatan  Nasution  untuk  bersaing  dengan  Soeharto  semakin
                      kecil.  Sidang  Umum  MPRS  1968  menjadi  medan  pertempuran.
                      Nasution  ingin  MPRS  mengendalikan  Soeharto,  dengan
                      memastikan  agar  pimpinan  MPRS  bersama  Badan  Pekerja  MPRS
                      tetap bekerja dan aktif selama masa kerja mereka, dan menuntut
                      agar presiden melapor kepada MPR setiap tahun.  Menurut alur



                                                                                 349
   356   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366