Page 362 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 362

Pengayaan Materi Sejarah


                      pemikiran ini, seorang presiden dapat dikendalikan. Kami sebagai
                      pendukung  Soeharto  ketika  itu  menganggap  bahwa  DPR  adalah
                      lembaga  pengawas  dan  pembuat  undang-undang  yang  bersama
                      dengan  lembaga  eksekutif  memepersiapkan  anggaran  belanja
                      negara. MPRS, menurut kami, hanya berfungsi dan melaksanakan
                      tugasnya pada sidang umum saja, dan tidak di luar itu. Pimpinan
                      hanya memimpin sidang, sementara Badan Pekerjalah yang harus
                      mempersiapkan  sejumlah  ketetapan  yang  akan  disahkan  oleh
                      MPRS. Tidak lebih, tidak kurang” (Wanandi 2014, 108-109).


                      Setelah  melalui  perdebatan  panjang  di  dalam  sidang  MPRS,
                akhirnya  pada  pukul  03.00  tanggal  8  Maret  1968,  Soeharto  dilantik
                sebagai  presiden  (Wanandi  2014,  114).  Sidang    MPRS    tahun    1968
                dapat  dianggap  sebagai  titik  tolak  perkembangan  politik  di  era
                Soeharto.  Untuk  pertam  kalinya  front  bersama  yang  dibentuk  tahun
                1965 untuk melawan PKI dan Soekarno pecah menjadi dua kubu walau
                garis perbedaan di antara kedua kubu itu tidak terlalau jelas karena para
                anggotanya  selalu  berganti  keberpihakan  yaitu  yang  mendukung
                Presiden Soeharto dan yang menentangnya.

                      Peristiwa  ini  juga  menjadi  awal  titik  tolak  perjuangan  politik  di
                MPRS  dan  bukan  di  jalanan  maupun  melalui  gerakan  militer.  Pertama
                kalinya  Soeharto  mengambil  kepemimpinan  politik  dengan  mengambil
                kebutusan  untuk  menolak  ususlan  Badan  Pekerja  MPRS  berdasarkan
                saran  kelompoknya.  Soeharto  melangkah  ke  MPRS  sebagai  seoran
                neophyte  dalam  dunia  politik,  seseorang  yang  masih  baru  dan  lulus
                sebagai politikus penuh dan berhasil mengatasi masalah-masalah politik
                yang muncul (Wanandi 2014, 115).

                      Sesuai  dengan  amanat  MPRS,  maka  pemilihan  umum  harus
                diselenggarakan  dalam  tahun  1968  sedang  undang-undang  yang
                mengaturnya  belum  ada,  maka  Pejabat  Presiden  di  depan  DP-MPRS
                pada tanggal 29 Februari 1968 memberikan penjelasan (Poesponegoro
                dan  Notosusanto  1984,  420).  Kemanfaatan  dan  tujuan  pemilihan
                umum ialah menciptakan stabilisasi politik untuk melaksanakan wujud
                demokrasi  yang  sehat.  Pelaksanaan  pemilihan  umum  paling  cepat
                dapat  diselenggarakan  dalam  jangka  waktu  setengah  tahun  sesudah
                diundangkan dengan tujuan untuk menyegarkan DPRGR dan MPRS agar
                mendekatkan kedudukannya kepada masyarakat yang diwakilinya serta



                350
   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367