Page 366 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 366

Pengayaan Materi Sejarah


                Katolik,  Partai  Kristen  Indonesia  (Parkindo),  Partai  Muslimin  Indonesia
                (Parmusi),  Partai  Nasional  Indonesia  (PNI)  dan  Partai  Syarikat  Islam
                Indonesia  (PSII)  ditambah  dengan  organisasi  golongan  karya  yaitu
                Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) (Poesponegoro dan
                Notosusanto 1984, 427).
                      Memasuki  tahun  1971,  suasana  politik  lebih  banyak  dicurahkan
                kepada  kegiatan  kampanye  menghadapi  pemilihan  umum  yang  kedua
                dalam  sejarah  Republik  Indonesa  dan  pertama  pada  jama  Orde  Baru.
                Menurut  data  dari  Kompas  tanggal  9  Agustus  1971,  pemilihan  umum
                kedua  yang  dilangsungkan  pada  tanggal  3  Juli  1971  menghasilkan
                perhitungan kursi di DPR RI dengan urut-urutan sebagai berikut:
                1. Golkar dengan perolehan 227 kursi, 2. NU dengan perolehan 58 kursi
                dan 3. PNI dengan perolehan 20 kursi (Poesponegoro dan Notosusanto
                1984, 428).
                      Pada    tahun   1971,    pemerintah    melemparkan     gagasan
                penyedehanaan  partai-partai  dengan  mengadakan  pengelompokan
                partai  (Poesponegoro  dan  Notosusanto  1984,  429).  Penataan
                kehidupan  politik  serius  dilakukan  oleh  pemerintah  karena  menurut
                penguasa  ada  tujuh  kesalahan  partai-partai  selama  ini,  seperti  yang
                disimpulkan  oleh  William  Liddle  (1992)  dalam  (Syabirin  2014,  57-59)
                yaitu:
                 1.  Partai-partai  lebih  berorientasi  kepada  ideologi  masing-masing
                     sehingga  kemerdekaan  terlupakan.  Dalam  perdebatan  konstuante
                     ada dua aliran besar yang berpolemik yaitu Islam versus sekuler.
                 2.  Partai-partai memperuncing ketegangan ideologi di kalangan rakyat
                     Indonesia.  Dalam  memperoleh  dukungan,  partai  politik  telah
                     membersar-besarkan  perbedaan  budaya  yang  menyebabkan
                     kerukunan  nasional  rusak  seperti  munculnya  di  kalangan  santri
                     dengan  adanya  kelompok  tradisional  (NU)  versus  modernis
                     (Masyumi).
                 3.  Partai-partai  menciptakan  berbagai  ketegangan  organisasi  di
                     didalam  masyarakat.  Pimpinan  partai  berupaya  mengembangkan
                     loyalitas anggotanya kepada partai yang mengakibatkan hambatan
                     pada proses pembangunan.
                 4.  Menurut  penilaian  militer  pada  saat  itu,  pimpinan  partai  adalah
                     orang-orang  yang  hanya  mencari  keuntungan  pribadi,  kelompok
                     atau partainya dan tidak berpikir untuk kepentingan umum




                354
   361   362   363   364   365   366   367   368   369   370   371