Page 45 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 45
Bab. 1
Dunia Pada Masa Perang Dingin :
Kebangkitan Asia Afrika dan Perubahan Politik Global
“…….Tetapi mestikah kita bangsa Indonesia, yang
memperjuankan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus
memilih antara pro Rusia atau pro Amerika? Apakah tak ada pendirian
yang lain harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita? Pemerintah
berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita
jangan menjadi obyek dalam pertarungan politik internasional,
melainkan kita harus tetap menjadi subyek yang berhak menentukan
sikap kita sendiri, berhak memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu
Indonesia Merdeka Seluruhnya. Perjuangan kita harus diperjuangkan
diatas dasar semboyan kita yang lama : Percaya akan diri sendiri dan
1
berjuang dengan kesanggupan kita sendiri.
Kalimat diatas adalah kutipan pidato Mohammad Hattadi
depan sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP)
pada 2 September 1948 di Yogyakarta. Pidato yang kemudian diberi
judul “ Mendayung di Antara Dua Karang” tersebut menjadi sebuah
pidato bersejarah , dan menjadi salah satu pidato paling penting dalam
sejarah politik luar negeri Indonesia, karena memuat pendirian
pemerintah RI dalam menyikapi pertarungan politik internasional .
Pidato tersebut disampaikan dalam konteks posisi Indonesia menyikapi
perjanjian Renville yang baru saja dibatalkan oleh pemerintahan Amir
Syarifuddin.
Menurut Hatta, pembatalan Renville yang terjadi karena
pergolakan di dalam negeri dan kecenderungan untuk memihak politik
anti imperialisme Soviet membuat Indonesia berada dibawah tarikan
dua kekuatan besar: kapitalisme yang dipandu oleh paham Laissez –faire
dan persaingan bebas, serta sosialisme-komunisme yang memiliki
2
„materialisme sejarah‟ sebagai cara untuk mengatur manusia . Oleh
sebab itulah menurut Hatta, dengan potensi yang menyeret Indonesia
3
3