Page 40 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 40
Pengayaan Materi Sejarah
menggabungkan keduanya meletus di beberapa daerah di Papua. Tetapi
bagaimanakah dampak kesemuanya terhadap perkembangan
historiografi? Berbagai jawab dan pemecahan diajukan juga, tetapi
tidak bisa diangkal bahwa studi konflik telah menjadi perhatian
sejarawan dan bahkan tidak jarang mendorong kerjasama sejarawan
dengan ahli sosiologi, antropologi dan ilmu politik.
Ketiga, jika saja Indonesia boleh dibagi-bagi berdasarkan
jumlah studi sejarah yang telah dihasilkan maka tampaklah bahwa Jawa,
Bali, Aceh dan Minangkabau menduduki tempat tertinggi. Keempat
wilayah ini boleh dikatakan yang paling banyak mendapat perhatian
para sejarawan, asing ataupun pribumi. Tetapi sejak awal abad ke-21
adalah masa ketika kecenderungan ini mulai diguncang. Dengan kata
lain wilayah lain—terutama wilayah Timur--semakin banyak mendapat
perhatian studi sejarah. Beberapa disertasi yang berkisah tentang masa
penjajahan dan revolusi di N.T.B dan N.T.T. telah diterbitkan. Adalah
sesuatu yang menarik juga kalau diingat bahwa para penulis – di
samping ilmuwan asing—adalah sejarawan yang berasal dari daerah
lain. Beberapa sejarawan Bali, umpamanya telah menerbitkan buku,
yang semula berupa disertasi doktoral, tentang dinamika sejarah wilayah
yang dulu disebut ―kepulauan Sunda Kecil‖ (sekarang terdiri atas tiga
propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur) Namun harus
dicatat juga bahwa Bima adalah wilayah yang paling banyak
menghasilkan karya yang bernuansa kesejarahan. Beberapa bo,
historiografi tradisional, telah diterbitkan. Kalau nama mereka yang
berjasa harus disebut maka bagaimanapun juga Henri Chambert-Loir
(ilmuwan Prancis) dan Siti Maryam R. Salahuddin (putri Sutan Bima
yang terakhir) tidak bisa dilupakan. Meskipun masih belum banyak juga
Kalimantan pun telah semakin menarik perhatian, seperti umpamanya
Kerajaan Sintang (Helius Sjamsuddin) yang menguraikan perlawanan
dan perubahan di Kalimantan Barat. Tetapi bagaimanapun jga harus
diakui bahwa Sulawesi, terutama wilayah keturunan Sawerigading,
Bugis-Makasar, masih merupakan wilayah Timur Indonesia yang paling
banyak mendapat perhatian para sejarawan—lokal ataupun asing. Abad
ke-21 boleh dikatakan sebagai abad ketika sebagian besar wilayah
Indonesia telah terbebas dari ―kegelapan sejarah‖, betapapun berbagai
aspek kehidupan sosial-kultural dan beberapa zaman masih belum
terjamah. Salah satu karya sejarah yang menarik juga ialah kisah
perlawanan Nuku, raja Tidore. Berasal dari disertasi dari Leiden, yang
28