Page 508 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 508

Pengayaan Materi Sejarah


                        Swasembada beras sebagai hasil sukses modernisasi pertanian di
                atas memang adalah salah satu prestasi besar Pemerintahan Orde Baru
                yang  amat  membanggakan.  Tekanan  pada  hasilnya  secara  agregat
                nasional itu dilandaskan pula pada karakter pertumbuhan ekonomi yang
                merupakan prioritas pertama dari tiga target besar dalam sistem Trilogi
                Pembangunan  Orde  Baru.  Lantaran  tekanannya  pada  peningkatan
                produksi  padi  tersebut,  maka  sekurang-kurangnya  revolusi  hijau  ini
                memiliki empat implikasi di tingkat lokal perdesaan.
                        Pertama,  rupanya  program  ini  tidak  memperhatikan  aspek
                stratifikasi masyarakat perdesaan. Hanya petani kaya saja yang mampu
                memiliki  akses  ke  program  modernisasi  pertanian  tersebut  sehingga
                mereka pun dapat meningkatkan hasil pertaniannya. Seiring dengan itu,
                terjadi  penciutan  pendapatan  para  buruh  tani.  Tanah  yang  semula
                banyak  membutuhkan  tenaga,  menjadi  berkurang  setelah  adanya
                traktor.  Terjadilah  akumulasi  kekayaan  di  satu  pihak.  Petani  kaya
                semakin leluasa mendapatkan akses dan pemupukan sumber ekonomi.
                Sementara implikasi sebaliknya terjadi pada buruh tani. Bahkan banyak
                buruh tani yang kehilangan pekerjaan.

                        Kedua,  kemudian  muncul  pengelompokan  sosial         yang
                didasarkan  pada  perbedaan  penguasaan  sumber-sumber  produksi.
                Pekerjaan-pekerjaan  tertentu  yang  semula  menjadi  ladang  pekerjaan
                kaum  perempuan  menjadi  hilang.  Menumbuk  padi  dan  memanen
                adalah  sebagian  lahan  pekerjaan  yang  dimaksud.  Setelah  masuknya
                bibit  unggul,  tinggi  padi  semakin  pendek.  Oleh  karena  itu,  teknik
                memanen  tidak  lagi  dengan  anai-anai  tetapi  menggunakan  arit.
                Pergeseran    alat   panen   ini   mengimplikasikan   bahwa    panen
                membutuhkan tenaga yang besar, dan itu  hanya dapat dilakukan oleh
                kaum laki-laki.

                        Apalagi setelah masuknya huller (mesin pengolah padi mnenjadi
                beras).  Pola  pengelolaan  beras  tidak  lagi  bertumpu  pada  kaum
                perempuan,  melainkan  oleh  sebuah  mesin  yang  dimiliki  oleh  petani
                kaya.   Tersudutlah   wanita   miskin.   Mereka    kehilangan   mata
                pencahariannya.  Sementara  surplus  ekonomi  semakin  terpusat  di
                tangan petani kaya. Tersudutnya kaum wanita miskin ini mengakibatkan
                petani gurem dan buruh tani kehilangan salah satu pilar ekonominya.







                496
   503   504   505   506   507   508   509   510   511   512   513