Page 506 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 506
Pengayaan Materi Sejarah
tiga tipe teknologi pertanian bersubsidi tersebut. Inmas dapat dikatakan
sebagai wadah kelembagaan dibalik program modernisasi pertanian
tersebut.
Belakangan, aspek kelembagaan modernisasi pertanian ini
mengalami penataan ulang. Tahun 1980 Inmas diubah menjadi Insus
(lntensifikasi Khusus). Ternyata hasil Insus lebih baik dari Bimas,
sebagaimana terlihat dalam Tabel 5. Yakni, meningkatnya total produksi
48,6%, dari 26.282,663 ton menjadi 38.236,4 ton. Tahun 1987, Insus
ditransformasikan kembali menjadi Supra Insus. Dapat dikatakan Supra
Insus adalah penyempurnaan Insus. Supra Insus merupakan program
yang mendorong penggunaan zat perangsang tumbuhan, dan
memfasilitasi kerja sama antar kelompok hamparan.
Tabel 6 memperlihatkan hasil penerapan tiga tipe teknologi
pertanian di atas, dan juga inovasi aspek kelembagaannya. Luas areal
penen meningkat 29,6%, dari 8.508,598 hektar pada Pelita 1 menjadi
11.021,8 hektar pada Pelita V. Pun, produktivitas lahan meningkat
setiap hektarnya, dari 26.100 kg setiap hektar pada Pelita I menjadi
43.750 kg perhektar, atau naik 67,7% dalam 25 tahun. Begitu pula,
total produksi padi nasional juga meningkat 114,5% pada akhir Pelita V
(lihat kembali Tabel 5). Peningkatan produktivitas lahan dan
melonjaknya produksi pangan (khususnya beras) secara nasional di atas
dapat dilihat sebagai hasil sukses penerapan bibit unggul padi.
Penerapan bibit unggul padi sesungguhnya telah menambah
jumlah panen dan memperpendek masa tanam. Panen menjadi tiga kali
setahun, dibandingkan penggunaan bibit lama-konvensional yang
hanya maksimal dua kali dalam setahun. Masa tanam pun menjadi lebih
pendek, hanya empat bulan, berbanding dengan bibit konvensional
yang masa tanamnya enam bulan. Sawah pun dapat panen tiga kali
setahun. Tentu saja hasil padi yang diperoleh tersebut lebih banyak dari
pada yang hanya dua kali panen dalam setahun.
Prinsip pengolahan masa tanam dan pola pemanenan juga
mengarah pada intensifikasi. Pengolahan tanah untuk siap ditanam padi
menjadi lebih cepat karena menggunakan traktor. Waktu dan tenaga
untuk mengolahnya lebih efisien dan intensif. Bila data pada Tabel 6
kita cermati, jumlah pengguna mesin pengolah lahan atau traktor kian
banyak. Dengan demikian, luas lahan yang siap ditanam kembali setelah
panen, menjadi lebih luas. Waktu tanam kian cepat. Produki sawah pun
kian membesar.
494