Page 142 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 142
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
belum-lindungi-kemerdekaan-pers. Lihat juga http://www.ui.ac.id/id/news/archive/6686
124 Aiko Kurasawa Inomata, "Persiapan Kemerdekaan pada Hari-hari Terakhir Pendudukan
Jepang", dalam Taufik Abdullah (ed), Denyut Nadi Revolusi Indonesia. (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama-Program Studi Asia Tenggara), h. 130-131. Kurasawa Inomata (h. 131)
menambahkan "Saya tidak tahu apakah pengunduran diri ini diterima atau tidak".
125 Sujud Dwi Pratisto, "Tan Eng Hoa: Pengusul Pasal Kebebasan Berserikat" Gatra 29
Agustus, “Edisi Khusus Hari Kemerdekaan: Tokoh Lintas Agama Perumus Indonesia”, h. 110-
112 (cetak miring dari penulis).
126 Leo Suryadinata, "Yap Tjwan Bing" dalam Leo Suryadinata dan Didi Kwartanada (ed),
Tionghoa dalam Keindonesiaan Jilid 3 (Jakarta: Yayasan Nabil, 2016).
127 Susanto Zuhdi dan Mohammad Iskandar, " 'Janji Kemerdekaan' Jepang dan Perencanaan
Negara dan Bangsa", dalam Mestika Zed dan Mukhlis PaEni (ed.), Indonesia dalam Arus
Sejarah Jilid 6. Perang dan Revolusi. (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2012). Editor Umum
Taufik Abdullah dan A.B. Lapian, h. 93-94 (cetak miring dari penulis).
128 Namun sayang sekali, tokoh-tokoh peranakan Tionghoa di dalam BPUPK masih
"digelapkan" dalam sejarah resmi Indonesia, lihat Didi Kwartanada, Penghapusan Nama
Tokoh Tionghoa dalam Sejarah", Kolom Detik.com, 4 Februari 2014, tersedia di link
http://news.detik.com/read/2014/02/04/182716/2487284/103/penghapusan-nama-tokoh-
tionghoa-dalam-sejarah?9922022
129 R.Hardjono, "Komuniti Tionghoa Jogjakarta", Skripsi Sardjana Sedjarah, Jogjakarta: IKIP
Sanata Dharma, 1970, h. 52
130 Anehnya, mereka yang dulu terlibat bisnis dengan Jepang nampaknya tidak ikut
"diganyang".
131 Siauw, Lima Jaman, h. 74.
132 Wawancara, Woo Shu Fe, 24-7-1993.
133 Oei Tjoe Tat, Memoar., h. 52.
134 Lihat Siauw, Lima Jaman, h. 74.
135 Heidhues, “Bystanders”, h. 21
136 Bahan tentang Yogyakarta diambil dari R. Hardjono, "Komuniti Tionghoa", h. 52,
wawancara dengan The Djan Liong, 5-3-1994; wawancara Lie Djin Han, 28-4-1993.
137 Anonim, “Dibawah Pengaroeh Semangat Baroe”, New Light Magazine 6(I),5-4-1948: 3-4
(ejaan disempurnakan).
138 Di Filipina, dua orang tokoh utama organisasi Tionghoa zaman Jepang (Philippine Chinese
Association) berhasil dibunuh gerilya, periksa Victor Purcell, The Chinese in Southeast Asia
(Singapore: Oxford University Press, 1965), h.553. Di Malaya, gerilyawan komunis giat
melakukan pembunuhan ratusan informan maupun “kolaborator” Tionghoa, lihat Mamoru
Shinozaki, Syonan: My Story, The Japanese Occupation of Singapore. (Singapore: Asia Pacific,
1975), h. 83-84. Menyusul kekalahan Jepang di Singapura, mereka yang dulunya
berhubungan dekat dengan orang Jepang, baik sebagai informan, karyawan Jepang atau
gundik orang Jepang, dikejar-kejar gerilyawan Tionghoa komunis. Banyak diantara orang-
orang itu yang terpaksa melarikan diri ke Hongkong atau minta perlindungan polisi, Shinozaki,
Syonan, h. 96-97.
139 Orang tersebut bernama Fan Siauw Sak (tidak jelas dari daerah mana), Twang, Chinese
Business., h. 110 catt. 133.
140 Dokumentasi yang baik tentang kekerasan bisa dilihat dalam karya klasik Purcell, Chinese,
h. 473-80. Mary Somers-Heidhues adalah sarjana yang banyak meneliti periode revolusi,
133