Page 138 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 138
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
30 H.J.van Mook, Netherlands Indies and Japan (London: G. Allen & Unwin, 1944), h. 25-26.
31 Tjung lahir di Fujian, Tiongkok tahun 1885 dan bermigrasi ke Indonesia saat berumur 20
tahun. Karirnya cepat meroket dan di tahun 1917 mendirikan Pabrik Tekstil Tjoan Bie. Tjung
tercatat sebagai salah satu importir tekstil serta pedagang grosir yang terbesar. Beberapa kali
dia terpilih sebagai Presiden Kamar Dagang Tionghoa Batavia. Puncak karirnya adalah
sebagai salah satu wakil Tionghoa Perantauan dalam Parlemen Tiongkok sebelum PD II. Leo
Suryadinata, Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches. Edisi Ketiga (Singapore:
ISEAS, 1995), h. 212-13.
32 Akashi, Nanyang Chinese., h. 34.
33 Untuk laporan mengenai aktifitas Badan Amal Tionghoa di berbagai daerah di Hindia
Belanda, lihat Akashi, Nanyang Chinese.,33-42, 84-88; A.H.C. Ward et al (ed), The Memoirs of
Tan Kah Kee. (Singapore: Singapore University Press, 1994), h.113-115.
34 Wawancara Woo Shu Fe (Yogyakarta), 24 Juli 1993.
35 Didi Kwartanada, ‘Competition, Patriotism and Collaboration: The Chinese Businessmen of
Yogyakarta Between the 1930s-1945’, Journal of Southeast Asian Studies, Vol.33, no.2 (Juni
2002), h. 269.
36 G.Pakpahan, 1261 Hari dibawah Matahari Terbit (Jakarta: Marintan Jaya, 1979), h. 39.
37 Lawrence Yoder, Tunas Kecil: Sejarah Gereja Kristen Muria Indonesia (Semarang: Komisi
Literatur Sinode GMKI, 1980), h. 120-122.
38 Elly Touwen-Bouwsma, “The Indonesian Nationalists and the Japanese ‘Liberation’ of
Indonesia: Visions and Reactions”, Journal of Southeast Asian Studies 27, 1, Maret 1996: 10.
Disebutkan di sini bahwa penyunatan paksa dilakukan oleh anggota Nahdatul Ulama (NU).
39 Suharyo Padmodiwiryo, Memoir Haryo Kecik Volume 1 (Jakarta: Obor, 1995), h. 12.
40 Twang, The Chinese Business, h. 106 catt. 28
41 Frans Hüsken, “Islam and Collective Action: Rural Violence in North Central Java in 1942”,
dalam Dick Kooiman, Otto van den Muijzenberg dan Peter van der Veer (ed), Conversion,
Competition and Conflict: Essays on the Role of Religion in Asia (Amsterdam: Free University
Press, 1984), h.143.
42 Soemarno Sosroatmodjo, Dari Rimba Raya ke Jakarta Raya (Jakarta: Gunung Agung, 1981),
h. 249.
43 Twang, The Chinese Business. h. 106; Yoder, Tunas Kecil., h.122.
44 Twang ,The Chinese Business, h. 106.
45 Lihat berturut-turut, Pakpahan, 1261 Hari, Twang, The Chinese Business. h. 73, 106 catt.28;
Robert Cribb, Gangsters and Revolutionaries: The Jakarta People’s Militia and the Indonesian
Revolution 1945-1949 (Honolulu: UP of Hawaii, 1991), h. 39; Touwen-Bouwsma, "The
Indonesian Nationalists"; A.J.Piekaar, Atjeh en de Oorlog met Japan (‘s Gravenhage: Van
Hoeve, 1949), h. 146.
46 Twang, The Chinese Business, h. 71.
47 Sumber terbaik untuk topik ini adalah Touwen-Bouwsma, "The Indonesian Nationalists".
48 Tan Po Goan, “Chinese Problems in Indonesia”, The Voice of Free Indonesia, 1 November
1946, h. 21.
49 Kwee Kek Beng, Doea Poeloe Lima Taon , h. 78.
50 Nishijima Shigetada et al, Japanese Military Administration in Indonesia (Washington: Joint
Publication Research Centre, 1968), h. 107.
51 Pada bulan Februari 1942, tentara Jepang yang baru saja menduduki Singapura melakukan
“operasi pembersihan” (dalam bahasa Hokkien disebut “sook ching”). Taksiran Barat
129