Page 134 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 134

HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH



                    orang-orang  yang  mengaku  jadi  pemimpin  dan  tumbuh  sebagai  jamur
                    dimusim hujan kalau kelihatan suasana bersih dan aman! Tetapi strebers
                    dan  segala  avonturiers  ini  laksana  kilat  pula  cepatnya  menyembunyikan
                    diri,  bila  merasa  bahwa  ada  bahaya  atau  resiko  didepan  mata.  Padahal
                    dulunya  mereka  begitu  tidak  tahu  malu  berani  memaki-maki  orang  lain
                                                       137
                    menjadi pengkhianat serta penjual bangsa”.

                 Tidak dipungkiri, begitu banyak orang Tionghoa yang di zaman Jepang tidak
            berani  menampakkan  dirinya,  namun  ketika  zaman  tersebut  berakhir,  mereka
            bermunculan  sambil  berlomba-lomba  mengutuk  apa  yang  telah  dilakukan  para
            pemimpin  dari  masa  tersebut.  Akan  tetapi,  dibandingkan  dengan  keadaan  di
            negara  tetangga  (Malaya  dan  Filipina), 138  nasib  para  bekas  pemimpin  HCCH  di
            Indonesia relatif jauh lebih baik. Sejauh yang diketahui, hanyalah satu orang bekas
            pimpinan HCCH yang dibunuh oleh barisan pemuda totok militan (Pemuda San Min
                  139
            Chu I).

            Berbagai Macam Aksi Kekerasan di Masa Revolusi

            Di  berbagai  daerah,  kekerasan  anti  Tionghoa  yang  pernah  muncul  pada  masa
            kedatangan Jepang, berulang lagi pada saat kalahnya Jepang. Pada saat itu terjadi
            kevakuman  kekuasaan,  di  pihak  lain  Negara  Republik  Indonesia  belum  mampu
            menegakkan hukum melawan berbagai kelompok bersenjata yang muncul di mana-
            mana.  Terulanglah  kembali  aksi-aksi  kekerasan  seperti  perampokan,  penculikan,
            pembunuhan, perkosaan dan sunat paksa atas golongan Tionghoa.
                                                                   140
                    Mengapakah menyusul kekalahan Jepang di berbagai daerah tadi muncul
            kekerasan anti-Tionghoa? Apakah eksperimen atas keberagaman atau manajeman
            konflik  yang  dijalankan  Jepang  harus  bertanggungjawab  atas  segala  kerusuhan
            berdarah  tadi?  Sarjana  politik  Amerika,  Willard  Elsbree  menolak  pendapat  ini.
                                                                              141
            Tidak  bisa  dibantah,  kata  Elsbree,  bahwa  ada  beberapa  kebijakan  Jepang  yang
            mendorong orang Indonesia untuk membalas dendam pada Tionghoa. Perbedaan
            kepentingan  antara  kaum  nasionalis  Indonesia  di  satu  pihak  dengan  sifat  anti-
            Jepang  golongan  Tionghoa  seringkali  menimbulkan  konflik  di  antara  keduanya.
            Akan  tetapi,  tekanan  yang  muncul  diantara  Indonesia-Tionghoa  barulah  menjadi
            serius dengan pecahnya konflik Indonesia melawan Belanda. 142
                    Di  pihak  lain,  seorang  tokoh  nasionalis  Indonesia,  Sutan  Syahrir,  secara
            terang-terangan  menyalahkan  Jepang  atas  terjadinya  segala  bentuk  antagonisme
            rasial menyusul kapitulasi Jepang:



                                                125
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139