Page 136 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 136
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
Catatan Akhir
1 Okazaki Seizaburo, "Menjamboet Hari Peringatan Enam Boelan", dalam Nomor Istimewa
Asia Raja (Djakarta: Asia Raja, 2602 [1942]), tanpa nomor halaman.
2 Didi Kwartanada, “Minoritas Tionghoa dan Fasisme Jepang: Jawa, 1942-1945”, dalam
Lembaga Studi Realino (ed.), Penguasa Ekonomi dan Siasat Pengusaha Tionghoa
(Yogyakarta: Kanisius-LSR, 1996), h. 24-25.
3 Pluralitas dalam masyarakat Tionghoa misalnya berdasarkan: orientasi kultural (peranakan-
totok), daerah asal (Tionghoa Medan, Tionghoa Jawa, dll), kelompok dialek (Hokkien, Hakka,
Teochiu, dll) ataupun agama (Kristen, Katolik, Konghucu, Islam, dll).
4 Twang Peck-yang, The Chinese Business Élite in Indonesia and the Transition to
Independence 1940-1950 (Kuala Lumpur: Oxford, 1998), h. 3.
5 Peter Carey, “Changing Javanese Perceptions of the Chinese Communities in Central Java,
1755-1825”, Indonesia, 37, April 1984, h. 19.
6 Benny G. Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik (Jakarta: Elkasa, 2002), h. 611.
7 Istilah “middleman minority” pertama kali dipakai oleh sosiolog AS Howard P. Becker
(1940). Ada beberapa istilah lain yang dipakai misalnya “Trading Minorities” (sosiolog
Belanda W.F. Wertheim), “Minorities in the Middle” (Walter P. Zenner). Untuk kajian lebih
lanjut lihat kajian Walter P. Zenner, Minorities in the Middle: A Cross-Cultural Analysis. (New
York: SUNY Press. 1991).
8 Dikutip dari Martin N. Marger, Race and Ethnic Relations: American and Global
Perspectives. Edisi Kedua (Belmont: Wadsworth, 1994), h. 51-52. Terjemahan bebas dari
penulis.
9 Abu Hanifah, Tales of a Revolution (Sydney: Angus and Robertson, 1972), h. 253.
Terjemahan bebas dari penulis
10 Charles A.Coppel, Tionghoa Indonesia dalam Krisis (Jakarta: Sinar Harapan, 1993), h. 53.
11 Untuk sejarah perkembangan THHK, lihat Lea Williams, Overseas Chinese Nationalism: The
Genesis of the Pan-Chinese Movement in Indonesia 1900-1916 (Glencoe: Free Press, 1960).
12 Abdoel Rivai, “Pengadjaran Bangsa Tjina di Tanah Hindia”, Bintang Hindia, no 22 (IV), 1
Maret 1907, h. 280.
13 Goenawan Mangoenkoesoemo, “Lahirnya Boedi Oetomo”, dalam Pitut Soeharto dan A.
Zainul Ichsan (ed), Cahaya di Kegelapan. Capita Selecta Kedua (Jakarta: Jayasakti, 1981), h.29.
14 Mobini-Kesheh, Hadrami Awakening: Kebangkitan Hadhrami di Indonesia, Penerjemah Ita
Mutiara dan Andri (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2007), h. 43-44
15 Kajian mendetil tentang SI bisa didapatkan dalam APE Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu
Adil? (Jakarta: Grafiti Pers, 1982). Untuk konflik 1918 lihat Masyhuri, Bakar Pecinan!: Konflik
Pribumi vs. Cina di Kudus Tahun 1918 (Jakarta: Pensil 324, 2006).
16 A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia Cetakan ke-13 (Jakarta: Dian
Rakyat 1994), h. 13-14
17 Periksa Leo Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa. Terjemahan Ny Wilandari Supardan
(Jakarta: Grafiti Pers, 1986), h. 7-16.
18 Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa, h.10.
19 Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa, h. 15.
20 Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa, h.11-12.
21 Bagian ini disarikan dari Siauw Giok Tjhan, Renungan Seorang Patriot Indonesia. Editor
Siauw Tiong Djin (Jakarta: Sinergi Indonesia, 2010), h. 44-45. Lihat juga Suryadinata, Dilema
Minoritas Tionghoa, h. 45-52.
127