Page 152 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 152
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
Dalam artikel ini, istilah “sumber hikmat” mengacu pada kondisi dan
perjalanan sejarah belahan dunia yang didefinisikan sebagai Timur—meliputi
wilayah Mesir dan Persia di bagian barat Asia dan Afrika dan India dan Tiongkok di
Asia selatan dan timur. Di wilayah tersebut, ilmu pengetahuan, termasuk ilmu
hikmat dan filsafat, sudah berkembang lama, jauh sebelum ilmu tersebut
berkembanng di Barat yang berakar di Yunani. Karena itu, menurut Isa Anshary,
tokoh filsafat Yunani terkemuka yang terkenal hingga kini (Sokrates, Plato dan
Aristoteles) lebih tepat disebut sebagai “yang terkemuka (bukan yang mula-mula)
dalam ilmu pengetahuan”. Dunia Timur menjadi asal mula atau akar-akar dari ilmu
pengetahuan, yang kemudian di masa modern berkembang di dunia Barat. Hanya
saja, setelah sekian lama berada di bawah dominasi politik-ekonomi dan budaya
Barat, jejak-jejak ilmu pengetahuan di dunia Timur tersebut relatif tidak banyak
diketahui publik.
Berdasarkan data-data terkait perkembangan ilmu pengetahuan di Timur,
Isa Anshari menekankan peran sentral yang disandang dunia Timur dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Dia mencatat bahwa Asia Timur adalah
“guru dan pelita kepada Eropa Barat”, yang berfungsi memberi dasar-dasar
keilmuan yang kemudian tumbuh dan berkembang di Barat. Hal ini adalah
“kenyataan riwayat yang tak dapat disangkal”, yang selama ini kerap dilupakan
akibat dominasi dan hegemoni Barat di dunia dewasa ini. Usaha melawan lupa
inilah yang menjadi titik perhatian Isa Anshary dalam artikelnya ini. Dia mendorong
perlunya satu kesadaran baru di kalangan bangsa Indonesia bahwa dunia Timur—di
mana Indonesia menjadi bagian darinya—memiliki akar historis yang kuat dalam
ilmu pengetahuan. Dia bahkan menulis bahwa “sewaktu umat dan benua Barat
masih tenggelam dalam lembah jalahat-kegelapan, kebodohan dan kebiadaban,
umat dan benua Asia Timur telah naik ke atas menara kemajuan dan peradaban”.
Untuk itu, baginya, kebangkitan Timur di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban
memperoleh pijakan historis-sosiologis sangat kuat.
Lebih dari itu, Isa Anshary menilai bahwa peradaban Timur bisa menjadi
alternatif dari peradaban Barat yang tidak mengenal aspek ruhani (spiritual),
sehingga melahirkan persoalan dan krisis kemanusiaan. Penekanan berlebihan
pada aspek logika, pada dimensi rasional dari kehidupan manusia, telah membuat
peradaban Barat gagal melahirkan ilmu pengetahuan yang menghargai nilai-nilai
spiritual-keagamaan. Akiatnya, materialisme menjadi kecenderungan umum di
kalangan masyarakat Barat, yang kemudian melahirkan sikap pemujaan berlebihan
pada aspek duniawi. Dia mencatat di sinilah letak perbedaan budaya dan
peradaban (pekerti) Timur, yang digambarkan “tidak mementingkan rupa dan
143