Page 154 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 154
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
secara umum, ke dalam satu forum dialog (permoesjawaratan) guna menarik
mereka (agama-agama) menjadi satu pilar penting bagi usaha Jepang memimpin
Asia Timur Raya. Dalam kaitan ini, KH. Mas Mansoer berujar bahwa, seperti halnya
Shinto, Buddha dan juga Keristen, “yang menjadi dasar agama Islam ialah
mempercayai Tuhan jang satu-satunja itu, dan dengan jalan itu semua manusia
beroleh bahagia mendekati Tuhan dengan langsung. Keinginan kami jang sangat,
ialah sedapat-dapatnya lekas diadakan permusyawaratan tentang agama di seluruh
benua Asia, agar segala agama disesuaikan dengan cita-cita Asia”.
Menggugat Politik Islam Belanda
Tumbuhnya pemikiran Islam sebagaimana dijelaskan di atas tidak lepas
dari kebijakan politik kolonial Jepang, yang berbeda secara signifikan dari cara
pemerintah penjajahan Belanda menangani isu-isu terkait Islam dan kaum Muslim.
Muslim Indonesia saat itu umumnya melihat masa Belanda sebagai tidak ramah
terhadap posisi kaum Muslim, dan karenanya telah membuat mereka terpinggirkan
dari arena politik Indonesia. Atas dasar itu, Muslim Indonesia menyambut baik
kehadiran tentara pendudukan Jepang, menggambarkannya sebagai pembawa
harapan dan suasana baru di bumi Indonesia. Harapan lahirnya kebangkitan
Indonesia, sebagai bagian dari kebangkitan Asia Timur Raya, menjadi satu isu
penting dalam wacana intelektual Islam yang berkembang saat itu.
Perlu ditegaskan bahwa pandangan negatif Muslim Indonesia atas politik
Islam Belanda memang sangat beralasan. Sebagaimana akan dijelaskan di bawah,
pemerintah kolonial Belanda melihat Islam sebagai satu ancaman serius terhadap
sistem dan keteraturan sosial-politik yang hendak dibangun di Hindia Belanda.
Gerakan protest dan perlawanan yang berlangsung dalam sejarah Indonesia, yang
sebagian dipimpin para ulama (Kartodirdjo 1966; Laffan 2003: 39-43), menjadi satu
alasan penting di balik lahirnya ketakutan atas ancaman Islam dan akhirnya
dirumuskannya kebijakan Belanda yang sangat tidak bersahabat terhadap Islam
dan kaum Muslim. Hal ini terutama terefeksikan dalam pemikiran Snouck
Hurgronje, tokoh intelektual di balik kebijakan Islam pemerintah kolonial Belanda.
Untuk itu, beberapa poin utama pemikiran Snouck Hurgronje akan dijelaskan
berikut ini.
Keterlibatan Snouck dalam Islam dan Muslim Indonesia bermula ketika dia
diangkat sebagai seorang sarjana untuk memonitor kehidupan Muslim Indonesia,
dan Asia Tenggara, yang bermukim di Mekah, yang kemudian dikenal sebagai
“komunitas Jawi”. Setelah tinggal beberapa lama di sana (1884-5), Snouck
145