Page 37 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 37
BANZAI!
OPERASI MILITER JEPANG UNTUK MENGUASAI INDONESIA
tidak bertanggung jawab kepada parlemen. Bangkitnya kembali pemujaan kuno
terhadap Kaisar menopang suatu rasa kebangsaan baru. Dan kekuasaan militer
2
pemerintahpun memainkan peranan besar seperti sebelumnya.
Keberhasilan modernisasi selama Restorasi Meiji bukan hanya
menyebabkan Jepang berhasrat untuk menyaingi negara-negara Barat dalam
teknologi tetapi juga dalam usaha memperluas daerah kekuasaan. Tetapi ternyata
negara-negara Barat tidak ingin melihat adanya negara berkulit kuning memasuki
“kelompok eksklusif” mereka dan ikut menikmati bagian yang ingin mereka
3
amankan bagi diri sendiri. Ideologi dari nafsu ekspansi Jepang sebenarnya berasal
dari ajaran kuno yang disebut Hakko Ichi-u (delapan benang di bawah satu atap).
Intisari dari Hakko Ichi-u adalah pembentukan suatu kawasan yang didominasi oleh
Jepang yang meliputi bagian-bagian besar dunia.
4
Kebijakan ekspansi Jepang untuk memenuhi ajaran Hakko Ichi-u, dimulai
sejak zaman pemerintahan Kaisar Meiji. Pada tahun 1894, Jepang menyerang Cina
dan merampas Formosa (sekarang Taiwan). Kemudian, dalam Perang Rusia-Jepang
tahun 1904–1905, Jepang merebut Sakhalin dan Port Arthur. Lima tahun kemudian,
negara matahari terbit ini menganeksasi Korea. Daerah kekuasaan Jepang semakin
meluas setelah Perang Dunia I berakhir. Jepang, yang berperang di pihak Sekutu,
memperoleh sejumlah bekas wilayah jajahan Jerman di Cina maupun Samudra
Pasifik. Namun, ambisi ekspansi Jepang tetap tidak terbendung.
5
Bangsa Jepang menganggap bahwa perluasan wilayah yang diraihnya pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 itu tidak cukup untuk meningkatkan pamor
dan kedigdayaannya, maupun menyediakan pasar dan sumber daya yang memadai
bagi industrinyayang semakin berkembang. Dibandingkan dengan kekayaan
kemaharajaan bangsa-bangsa Barat, daerah jajahan Jepang masih terlalu kecil
sekalipun telah maju secara industri, Jepang masih sebuah negara feodal, Kaisar
6
dianggap dewa dan para pejuang adalah pahlawan, yang dipuja.
7
Pada akhir dasawarsa 1920-an, ketika dunia dilanda Malaise, orang
Jepang yang terpukul secara ekonomi termakan hasutan kaum militan sayap Kanan
yang sangat dengan korupsi di pemerintahan, dekadensi westernisme, dan
mengalahnya Jepang pada tekanan negara-negara Barat. Di bawah sejumlah
perwira muda yang radikal, mereka berusaha “memurnikan” sistem Kaisar dan
kembali ke jalan hidup bangsa Jepang yang lama dan tradisional. Revolusi yang
dikhotbahkan kelompok sayap Kanan ini menyebabkan banyak terjadi
pembunuhan politik. pada awal dasawarsa 1930 Jepang praktis telah berpaling dari
demokrasi.
8
28