Page 41 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 41

BANZAI!
                       OPERASI MILITER JEPANG UNTUK MENGUASAI INDONESIA

            sebagian besar waktu dan energinya untuk mengonsolidasikan dan mengamankan
            wilayah  yang  direbutnya.  Pada  tahap  ketiga,  pasukan  Jepang  akan
                                              20
            mempertahankan wilayah kekuasaannya.
                    Perencanaan  yang  rinci  hanya  dibuat  untuk  tahap  pertama,  yang  dibagi
            menjadi  tiga  bagian  terpisah.  Bagian  pertamanya  meliputi  serangan  ke  Pearl
            Harbor,  perebutan  Thailand,  dan  pendaratan  maupun  serangan  awal  terhadap
            Malaya,  Hong  Kong,  Filipina,  Guam,  Pulau  Wake,  dan  Kepulauan  Gilbert.  Bagian
            dua berkonsentrasi pada perebutan Singapura, operasi-operasi di Hindia Belanda,
            perampasan Kepulauan Bismarck, dan perebutan awal lapangan-lapangan terbang
            Inggris di selatan Birma. Dalam bagian akhir dari tahap awal, pasukan Jepang akan
            merebut  Jawa,  menduduki  Sumatra,  dan  melancarkan  sebuah  serangan  besar-
                           21
            besaran ke Birma.
                    Dalam  rencana  perang  umum  Jepang,  serangan  ke  Hindia  Belanda
            bergantung pada keberhasilan atau kegagalan serangan mendadak mereka ke Pearl
            Harbor. Operasi ini dirancang untuk menggunakan Filipina, Borneo jajahan Inggris,
            dan  Malaya  sebagai  batu  loncatan.  Jadi,  tidak  seperti  serangan  ke  Malaya  dan
            Filipina  yang  dilancarkan  secara  mendadak,  operasi  di  Hindia  Belanda,  yang
            dilancarkan setelah perebutan wilayah di sekelilingnya, harus dilancarkan dengan
            menghadapi  pasukan  Sekutu  yang  telah  siap  siaga.  Karena  pada  saat  itu  Jawa
            diperkirakan  akan  memperoleh  bantuan  Amerika  dan  Inggris  (dari  Australia  dan
            India), serta diperkuat oleh pasukan yang mundur dari Filipina dan Malaya, Jepang
            berisiko  menderita  banyak  kehilangan  dalam  hal  pesawat  terbang,  kapal,  dan
            sebagainya.
                      22
                    Seluruh operasi membutuhkan kerja sama erat antara unit-unit darat, laut,
            dan  udara.  Karena  itu,  diperlukan  serangan  yang  berulang  kali  untuk
            menghancurkan  kekuatan  udara  musuh,  diikuti  oleh  gerak  maju  sebuah  konvoi,
            yang  dikawal  oleh  kapal-kapal  perang  di  bawah  perlindungan  udara,  di  mana
            setelah  itu  unit-unit  darat,  sesudah  mendarat  di  pantai,  segera  menduduki  dan
            memperlengkapi basis-basis udara. Setelah itu, basis-basis yang telah dipersiapkan
            tersebut  didarati  oleh  unit-unit  udara  untuk  melancarkan  operasi-operasi  udara
            (berikutnya). Sekalipun dikerahkan semaksimal mungkin, terbatasnya jumlah kapal
            angkut  dan  kapal  perang  yang  dikerahkan  untuk  operasi-operasi  di  selatan
            memaksa kapal-kapal tersebut harus berlayar bolak balik dari utara ke selatan dan
            timur  ke  barat,  sebab  operasi  direncanakan  untuk  mengangkut,  dalam  waktu
            singkat, unit-unit yang cukup besar—terlalu besar dibandingkan jumlah kapal yang
            tersedia. Karena itu, unit-unit yang dilibatkan harus bergerak seperti jarum jam.
                                                                             23




                                             32
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46