Page 44 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 44
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
Kolonel Machida Keiji. Mereka bertugas untuk meng-counter propaganda lawan
sekaligus menjatuhkan semangat mereka. 40 Di samping itu, sebuah staf
administrasi yang akan menjalankan pemerintahan militer juga dibawa oleh Satuan
41
Darat ke-16.
Untuk operasi di selatan, Angkatan Laut Jepang membentuk sebuah Gugus
Tugas Selatan. Semua operasi Jepang di Pasifik barat daya dikelola oleh Armada
ke-2 di bawah Laksamana Madya Kondo Nobutake. Laksamana Takahashi Ibo
memimpin Armada ke-3, yang kewenangannya juga meliputi Filipina, sementara
Laksamana Madya Ozawa Jisaburo memimpin Gugus Ekspedisi Selatan, yang
bergerak menuju Hindia Belanda. Adapun pembagian tugasnya adalah sebagai
berikut.
42
1. Kekuatan Utama Gugus Tugas Selatan (Armada ke-2). Mereka akan
mendukung operasi secara keseluruhan di Laut China Selatan dan
mendukung penaklukan Hindia Belanda.
2. Unit Malaya (Armada Ekspedisi Selatan, yang diperkuat oleh sebuah
unsur Armada Udara ke-11). Mereka bertugas mendukung
operasi-operasi Angkatan Darat Jepang di Malaya, Kalimantan jajahan
Inggris, dan Sumatra.
3. Unit Filipina (Hindia Belanda). Merupakan bagian Armada ke-3,
selain membantu serangan ke Filipina, mereka ditugaskan merebut
Manado, Kendari, dan Makassar dengan pasukan marinirnya, sementara
membantu operasi-operasi Satuan Darat ke-16 di Jawa. Unit utamanya,
setelah bergerak dari Filipina, akan pergi ke selatan menyusuri Sulawesi.
Jauh sebelum Perang Pasifik, Jepang telah berpengalaman dalam
melancarkan perang amfibi. Operasi pendaratan gabungan beberapa kali
dilancarkan oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut mereka di Cina. Doktrin
gabungan operasi amfibi ini menyerukan perencanaan yang menyeluruh;
pengintaian tempat pendaratan; rangkaian unit pendarat penyerang, cadangan,
dan pendukung; pengulangan; tembakan dari laut dan dukungan udara; serta
prosedur muslihat. Suplai dan perlengkapan dimuatkan untuk memampukan
pendaratannya sesuai prioritas kebutuhan.
43
Biasanya, Jepang melancarkan pendaratan di bawah kegelapan malam,
beberapa waktu sebelum fajar menyingsing, atau beberapa waktu sesudahnya
(kebanyakan pendaratan yang dilakukan Sekutu dilancarkan setelah fajar hari). Hal
ini menimbulkan masalah kontrol dan kekacauan di pantai, faktor-faktor yang
meningkatkan unsur pendadakan dan perlindungan terhadap pasukan pendarat
35