Page 47 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 47
BANZAI!
OPERASI MILITER JEPANG UNTUK MENGUASAI INDONESIA
ini diciptakan dari pengalaman perang di Manchuria dan Cina. Tipe 96 sendiri
merupakan tiruan senapan mesin ZB vz. 26 buatan Cekoslovakia yang direbut
Jepang dari pasukan Cina. Selain itu, senapan mesin usang Nambu Tipe 11 kaliber
6,5 mm buatan tahun 1922 juga masih dipakai oleh banyak unit Jepang. Biasanya,
senapan mesin ringan Jepang dapat dipasangi bayonet. Namun, senapan mesin
ringan Jepang sering kali macet saat melakukan pemberondongan sementara
peluru kaliber 6,5 mm yang digunakan sebagian senapan mesinnya tidak memiliki
55
jangkauan, daya tembak, dan penentrasi yang memadai.
Militer Jepang menggunakan tiga jenis granat. Tipe 91 memiliki waktu jeda
ledakan selama 7–9 detik, Tipe 97 yang memiliki waktu jeda ledakan 4–5 detik, dan
56
Tipe 99. Untuk pertempuran jarak dekat, di tingkat peleton pasukan Jepang
diperlengkapi dengan pelontar granat Tipe 89 kaliber 50 mm, yang dapat
menembakkan bahan peledak maupun peluru suar. Selain itu, mereka juga masih
menggunakan pelontar granat Tipe 10 buatan tahun 1921 yang dijuluki Sekutu
sebagai “mortir lutut” karena plat dasarnya yang berbentuk kurva, sehingga
diisukan senjata ini tidak dapat ditembakkan dari atas paha tanpa mematahkan
kaki si penembak. Pasukan Jepang juga diperlengkapi dengan senapan berpelontar
granat Tipe 100 buatan tahun 1940, yang dapat melontarkan peluru berdaya ledak
57
tinggi Tipe 97.
Di tingkat kompi/batalion, pasukan Jepang diperlengkapi dengan senapan
58
mesin berat Nambu Tipe 3 (6,5 mm) dan Tipe 92 (7,7 mm). Mereka juga memiliki
senapan antitank Tipe 97 kaliber 20 mm, yang dapat ditembakkan secara otomatis
maupun semiotomatis serta sangat efektif menghadapi tank ringan maupun
personel. Namun, karena sangat berat dan mahal, senjata ini sangat terbatas
digunakan oleh pasukan Jepang. Selain itu, senapan antitank ini juga hanya efektif
untuk menghadapi tank ringan Sekutu.
59
Artileri di tingkat batalion diperlengkapi dengan meriam Tipe 92 kaliber 70
mm yang dapat dibongkar pasang. Sekalipun ukurannya kecil, meriam yang hanya
memiliki jangkauan tembak sejauh 2,8 km ini membutuhkan 10 orang awak untuk
membawa dan memasangnya kembali, sementara hanya lima orang awak untuk
60
mengoperasikannya. Di tingkat resimen, pasukan Jepang dipersenjatai dengan
meriam Tipe 41 kaliber 75 mm yang memiliki bobot ringan, dapat dibongkar pasang,
dan mempunyai jangkauan tembak sejauh 6,4 km. Meriam antitank standar
61
Jepang adalah Tipe 94 kaliber 37 mm. Beberapa unit yang pernah bertempur di
Cina juga menggunakan meriam Pak 35./36 kaliber 37 mm buatan Jerman yang
mereka rampas dari pasukan Cina.
62
38