Page 52 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 52

HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH



            senjatanya:  “Oscar”  lebih  lambat  67  km  dibandingkan  “Zero”  sementara  hanya
            dipersenjatai  senapan  mesin  kaliber  7,7  mm—tidak  cukup  ampuh  untuk
                                                             91
            menembus lapisan baja pelindung pesawat terbang Sekutu.
                    Untuk  pesawat  pembom,  pasukan  Udara  Angkatan  Darat  Jepang
            mengandalkan  Mitsubishi  Ki-21  “Sally”  dan  Kawasaki  Ki-48  “Lily”.  “Sally”,  yang
            memiliki kecepatan 432 km/jam dan mampu membawa satu ton bom, telah usang
            ketika dikerahkan pada awal Perang Pasifik. ‘Lily’ pun tidak lebih baik: lebih lamban
            dan dipersenjatai dengan buruk—tiga pucuk senapan mesin 7,7 mm sebagai alat
                                                      92
            pertahanan diri dan muatan bom sebanyak 800 kg.  Pesawat pengintai Mitsubishi
            Ki-46 “Dinah” juga memainkan peranan penting dalam operasi di Hindia Belanda, di
                                                                  93
            mana mereka nyaris tidak terganggu oleh ancaman udara Sekutu,

            3. Senjata Laut

            Menjelang  penyerbuan ke  Jawa,  Jepang memiliki  kekuatan  laut yang lebih  besar
            dibandingkan  Sekutu  untuk  mendukung  pendaratan  pasukannya.  Di  antaranya
            terdapat  kapal-kapal  tempur  Hiei,  Kirishima,  Kongō,  dan  Haruna  maupun
            kapal-kapal  penjelajah  berat  Maya,  Takao,  Atago,  Myoko,  Haguro,  Nachi,  Tone,
            Chikuma,  dan  Ashigara.  Kapal-kapal  ini  didukung  oleh  sejumlah  kapal  penjelajah
            kecil, kapal perusak, kapal selam, dan kapal-kapal perang lainnya. Selain itu, ketika
            serangan ke Jawa akhirnya dilancarkan, Unit Malaya memiliki cukup banyak kapal
            untuk  dialihkan  guna  mendukung  serangan  tersebut,  termasuk  kapal-kapal
                                                            94
            penjelajah berat Kumano, Suzuya, Mikuma, dan Mogami.  Selain itu, Gugus Tugas
            Kapal Induk pimpinan Laksamana Madya Nagumo Chuichi, yang terdiri atas empat
            dari  enam  kapal  induk  yang  menyerang  Pearl  Harbor  (Akagi,  Kaga,  Hiryu,  dan
            Soryu) dikerahkan ke Samudra Hindia untuk memutuskan hubungan antara Pulau
                                           95
            Jawa dengan India maupun Australia.
                    Salah  satu  senjata  andalan  dan  paling  berbahaya  dari  armada  Angkatan
            Laut  Jepang  yang  patut  dicatat  adalah  torpedo  Tipe  93  “Tombak  Panjang”.
            Dianggap  sebagai  torpedo  terbaik pada  zamannya, memiliki  diameter  61  cm  dan
            panjang yang tidak lazim, yaitu 900 cm, torpedo ini membawa hulu ledak 490 kg—
            yang  terbesar  dari  senjata  serupa.  Namun,  yang  paling  dikagumi  dari  Tipe  93
            adalah  jarak  tembaknya.  Dengan  kecepatan  setinggi  48  knot,  torpedo  itu  dapat
            menjangkau sasaran sejauh 2.000 m; sedangkan apabila dipasang lambat dengan
            kecepatan 36 knot, “Tombak Panjang” dapat menghantam mangsanya hingga jarak
            40.000 m! Ditenagai oleh oksigen, torpedo ini tidak meninggalkan buih di air dan
            hanya  sedikit  terlihat  di  permukaan  air.  Jepang  berusaha  keras  menutupi


                                                43
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57