Page 102 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 102
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
organisasi dan kebutuhan hidup para pejuang. Namun karena aksi
kedua organisasi ini bisa mengangkangi kewibawaan dan peran
pemerintah, maka kegiatannya dilarang dan beberapa pemimpinnya
ditahan (apalagi keuntungan yang paling besar dari aksi tersebut jatuh
46
ke kantong para pemimpin dan petingginya saja).
Pada perkembangan berikutnya, sejumlah organisasi pemuda
dan lasykar serta partai politik juga membuat badan-badan (seksi-seksi)
perekonomian yang ditujukan untuk mencari dana bagi biaya
operasional dan kelanjutan organisasi atau partai mereka. Kondisi ini
kemudian berdampak (negatif) yang besar dan itu sangat terlihat dari
munculnya aksi penyerobotan atau pegambilalihan lahan perkebunan
atau hak milik orang/kelompok masyarakat lain yang ada di kawasan
tersebut. Aksi-aksi ini menyebabkan perjuangan menegakan proklamasi
di daerah menjadi begitu dinamis, sehingga pada kondisi tertentu
seakan-akan meleset jauh dari cita-cita proklamasi itu sendiri. Namun
hal ini sangat mungkin terjadi di Sumatera Timur, karena sejak awal
proklamasi kemerdekaan sejarah kawasan itu sangat dinamis, dan
kedinamisan tersebut, seperti yang akan dibicarakan di bagian belakang
nanti, sangat terlihat dari aksi sekutu/Belanda, serta sikap warga daerah
(terutama dari kalangan kerajaan/bangsawan) yang sangat berbeda dari
banyak kawasan lain di Sumatera.
Di tengah hiruk-pikuk dan gaduhnya aksi pemuda dalam
gelindingan roda revolusi, tidak pula bisa diingkari bahwa semangat
dan aksi-aksi heroik mereka pulalah yang memungkinkan ―kaum tua‖ di
Medan khususnya dan Sumatera Timur umumnya menjadi lebih berani
tampil ke depan dan lebih sungguh-sungguh pula mengaktualkan
proklamasi di daerah itu. Penaikan bendera merah putih di lapangan
Esplanade tanggal 4 Oktober dan penaikan bendera merah putih di
hampir seluruh kantor pemerintahan yang baru direbut bisa terlaksana
karena adanya desakan serta keberanian para pemuda. ―Rapat raksasa‖
yang dihadiri oleh puluhan ribu warga Medan tanggal 6 Oktober bisa
terlaksana karena desakan kaum muda. Terselenggaranya ―pawai
raksasa‖ yang juga diikuti oleh puluhan ribu peserta dengan membawa
berbagai spanduk dan panji-panji yang berisikan ―Down with
Imperialism‖, ―We Want Peace and Order‖, ―Indonesian Right for Pure
Democracy‖, ―The Right of Any Nation Their Own Goverment‖, dan ―We
47
Are Free Nation and Never Again the Lifeblood of Any Nation‖ juga
bisa terealisir atas desakan kaum muda.
90