Page 108 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 108
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Boekittinggi hari 29 bl 8 th 1945
Atas nama Bangsa Indonesia di Soematera
Moehammad Sjafei
Dari pencantuman ―atas nama bangsa Indonesia di Sumatera‖
tersebut terlihat/terkesan bahwa Mohammad Syafei masih menganggap
dirinya sebagai pemimpin tertinggi di Sumatera, dan sekaligus terkesan
bahwa dia tidak mengakui penunjukan T.M. Hassan sebagai orang
nomor satu di Sumatera. Padahal sebelumnya, tanggal (26 dan 27
Agustus), dalam perjalanannya dari Palembang menuju Medan, T.M.
Hassan singgah di Bukittinggi. Pada kesempatan itu T.M. Hassan sempat
bertemu dengan Adinegoro dan sejumlah pemimpin serta pemuka
masyarakat daerah. Pada kesempatan itu, T.M. Hassan menyampaikan
53
informasi mengenai proklamasi kemerdekaan, penetapan Undang-
Undang Dasar, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI, konsepsi
nasional, dan sekaligus mengatakan dirinya dipercaya sebagai Gubernur
Sumatera dan Moh. Amir sebagai Wakil Gubernur Sumatera. Tidak
54
ikutnya Mohammad Syafei menanti kedatangan T.M. Hassan dan Moh.
Amir di Bukittinggi saat itu (padahal dia tengah berada di Kayutanam
yang secara geografis tidak jauh dari Bukittinggi) juga bisa ditafsirkan
dari sikap tidak senang atau tidak sukanya Ketua Chu Sangi In tersebut
terhadap Gubernur dan Wakil Gubenur Sumatera itu.
Konflik antar ―kaum tua‖, tepatnya antara kubu Chu Sangi In
(Mohammad Syafei dan Adinegoro) dengan kubu pemerintah Propinsi
Sumatera (T.M. Hassan dan Moh. Amir) juga terlihat dari telegram yang
dikirim Adinegoro kepada semua pemimpin dan tokoh setiap
keresidenan di Sumatera. Dari telegram ini terkesan, bahwa dia masih
menganggap dirinya sebagai salah satu petinggi Sumatera. Dalam
telegram yang dikirim sehubungan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri
itu Adinegoro antara lain menginformasikan kepada warga Sumatera
tentang kemerdekaan RI telah diproklamirkan oleh Sukarno-Hatta. Dia
mengimbau agar warga pulau itu untuk mengibarkan bendera merah
putih serta menjaga keamaman. Lengkapnya, telegram yang
ditandatangani tanggal 5 September tersebut berbunyi:
96