Page 437 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 437

Susanto Polamolo
            Elnino M. Husein Mohi
            PERDEBATAN PASAL 33
            DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945


            membangun struktur dan budaya koperasi untuk membantu
            negara/pemerintah dalam mengelola “cabang-cabang produksi
            yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak untuk
            sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

            Frekuensi TV dan Hajat Hidup Orang Banyak
                  Perdebatan selanjutnya adalah pada penilaian terhadap
            frekuensi—apakah dia termasuk “cabang produksi yang penting
            bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dan harus
            dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
            sehingga harus dikuasai oleh negara?”.
                  Dari sudut pandang saya, iya. Segala usaha yang berkaitan
            dengan pemanfaatan frekuensi adalah termasuk “cabang
            produksi yang penting bagi negara”. Dia adalah sumberdaya yang
            terbatas. Sangat terbatas,  malah.  Penting bagi  negara bukan
            saja karena dari frekuensi itu bisa diperoleh dana USO—atau
            yang semacamnya—puluhan triliun per tahun, tetapi juga karena
            hampir seluruh data dan informasi bagi hampir seluruh rakyat
            diperoleh dari dan melalui frekuensi.
                  Usaha/industri  yang berkaitan dengan penggunaan
            frekuensi pastilah “menguasai hajat hidup orang banyak”, bukan
            saja karena ada jutaan pekerja yang menggantungkan nasibnya

               yaitu sektor negara, koperasi dan swasta.
            Dawam mengeluhkan beberapa hal penting, salah satunya soal dihapusnya penjelasan pasal
               33. Menurutnya, sekarang dengan dihilangkannya Penjelasan pasal 33 UUD 1945, sistem
               ekonomi Indonesia, jika ada, tidak lagi dapat berpegang pada konstitusi yang Demokrasi
               Ekonomi itu. Oleh sebab itu Sistem Ekonomi Pancasila atau Demokrasi Ekonomi,
               mengandaikan kembalinya UUD 1945 yang asli. Jalan keluarnya adalah jika DPR merumuskan
               UU Perekonomian Nasional yang disebut “ Sistem Ekonomi Pancasila”. Namun hal ini
               membutuhkan proses politik yang rumit. Karena itu Sistem Ekonomi Pancasila yang harus
               terus-menerus diperjuangkan, yang juga jadi titik tekan pandangan Dawam disini adalah
               sistem ekonomi konstitusional berdasarkan UUD 1945 yang murni.



                                       376
   432   433   434   435   436   437   438   439   440   441   442