Page 434 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 434

PASAL 33 DAN TANTANGANNYA
                                   DI MASA DEPAN




            “hal-hal  yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
            diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang
            sesingkat-singkatnya”. Dengan menyandingkan kedua naskah
            tersebut, maka dapatlah kiranya kita memahami apa  yang
            dimaksud dengan “kuasa” oleh para pendiri negara di masa itu.
                  Jika makna “kekuasaan” pada naskah Proklamasi itu tidak
            dimaknai sebagai “kepemilikan” dan hanya dimaknai sebagai
            “hak pengelolaan”, bukankah itu juga bermakna bahwa negara
            ini masih “dimiliki oleh Jepang” atau “dimiliki Belanda”? Bukankah
            “pemindahan kekuasaan” pada naskah Proklamasi itu hanya
            bermakna “pemindahan hak pengelolaan” kepada pemerintah
            Republik Indonesia?
                  Tidak begitu. Sungguh tidak begitu saya kira. Ketika
            menuliskan kata “kuasa”, para pendiri negara Republik Indonesia
            bermaksud bicara dalam konteks kepemilikan.  Dus, dikuasai
            berarti dimiliki. Bahwa kemudian sesuatu  yang dikuasai oleh
            negara itu dipercayakan kepada suatu lembaga atau perorangan
            tertentu untuk mengelolanya, itu bersifat delegatif. Negara dapat
            mendelegasikan pengelolaan kepada pihak/lembaga  yang
            ditunjuk oleh negara. 171
            171  Pandangan saya mengenai pasal 33 ini, terutama mengenai tafsir yuridisnya saya framing ke
               dalam dua hal pokok. Yakni apa yang disebut sebagai “kekuatan hukum”, dan “kedudukan
               hukum” secara konstitusional, yang terkandung di dalam pasal 33 itu khususnya tentang posisi
               negara. Di dalam pasal 33 disebutkan: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
               dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.” Berikut: “Bumi dan air
               dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan
               untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Kata “dikuasai” di sini, dalam sudut pandang
               hukum harus dimaknai sebagai kata yang “menyatakan”, bagian utama dari konstitusi
               yang masuk dalam kategori to proclaim the constitution. Kata itu berhubungan dengan
               “tugas negara” dan “wewenang negara” untuk mengelola. Original meaning kata “dikuasai”
               mengandung artikulasi bahasa hukum, yakni menuntut negara agar mengatur, bumi, air,
               dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Itu artinya, pasal 33 dan terutama
               kata “dikuasai” itu kemudian memberikan negara “kedudukan hukum”. Ini yang seringkali
               keliru dipahami, akibatnya, kedudukan hukum itu lebih sering menjelma sebagai abuse of
               power. Berikutnya, kata “dikuasai” selain memberi negara kedudukan hukum, pasal 33 secara


                                       373
   429   430   431   432   433   434   435   436   437   438   439