Page 34 - BUKU LAPORAN KINERJA DPR RI TS 2022-2023
P. 34

Penandatanganan persetujuan RUU
          tentang  Kitab  Undang–Undang
           Hukum Pidana (6 Desember 2022)







                  kontroversi dan kritik karena dianggap berpotensi merampas kebebasan hak asasi
                  warga negara Indonesia. Materi kontroversial itu mencakup pengakuan hukum adat,
                  kebebasan pers dan mengemukakan pendapat di muka umum, aborsi, kumpul kebo,
                  penggelandangan, mempertontonkan alat kontrasepsi, dan lainnya.


                  Banyaknya kritik, masukan, dan penolakan dari masyarakat menyebabkan Presiden
                  Joko Widodo pada 20 September 2019 meminta penundaan pengesahan RUU KUHP.
                  Selanjutnya, Presiden memerintahkan Kemenkumham untuk mensosialisasikan materi
                  RUU KUHP kepada seluruh pemangku kepentingan di Indonesia. RUU KUHP kembali
                  dibahas pada periode keanggotaan DPR RI  Tahun 2019–2024 dan merupakan RUU
                  luncuran dari masa keanggotaan DPR sebelumnya (carry over). Pada Rapat Paripurna
                  tanggal 6 Desember 2022, RUU KUHP disetujui untuk disahkan menjadi undang–undang.

                  Proses  pembahasan  RUU  KUHP  melibatkan  dialog  dan  sosialisasi  materi  muatan
                  RUU KUHP dengan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia. Beberapa kegiatan
                  partisipasi publik dilakukan, termasuk dialog publik di 11 kota sejak tahun 2019 hingga
                  2022. Berdasarkan dialog publik tersebut, terjadi perubahan jumlah pasal dalam RUU
                  KUHP, yaitu dari 632 pasal pada tanggal 6 Juli 2022 menjadi 627 pasal pada tanggal
                  9 November 2022. RUU KUHP  versi 9 November 2022 mengadopsi 69 masukan
                  masyarakat dan 4 proofreaders  terhadap batang tubuh dan penjelasan RUU KUHP.


                  Selain itu, dilakukan RDPU dengan berbagai pihak seperti Dewan Pers, Persatuan Doktor
                  Hukum Indonesia (PDHI), Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), dan Aliansi Reformasi KUHP
                  yang terdiri dari beberapa organisasi, pada tanggal 24 Agustus 2022 dan 14 November
                  2022.


                  RUU KUHP yang disahkan menjadi undang–undang terbagi menjadi dua buku, yaitu
                  Buku Kesatu dan Buku Kedua. Buku Kesatu mengatur aturan umum termasuk berlakunya
                  hukum pidana, tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana, pemidanaan, tujuan dan
                  pedoman pemidanaan, faktor pemeringkatan pidana, pengertian istilah, serta aturan
                  penutup sebagai panduan penerapan hukum pidana. Buku Kesatu juga mengatur ulang
                  jenis pidana dalam sistem hukum Indonesia, termasuk pidana pokok, pidana tambahan,
                  dan pidana  yang bersifat khusus (pidana mati) untuk tindak pidana tertentu dalam
                  undang–undang.


              32    Kinerja Legislasi
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39