Page 264 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 264

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN




                                                       7.    Pasal 44: kewajiban mempertimbangkan segala macam
                                                             kemungkinan bagi anggota keluarga untuk berkumpul
                                                             dengan pekerja migran, dalam upaya mempertahankan
                                                             kesatuan dari keluarga tersebut. 286


                                                  5.3.4.3  Pembahasan sepanjang 2012-2013

                                                       Tidak lama setelah ratifikasi Konvensi PBB Tahun 1990 tentang
                                                  Pekerja Migran, pada 23 Mei 2012 DPR telah menyelesaikan proses
                                                  pengharmonisan, pembulatan, dan pemantapan konsepsi revisi atas
                                                  UU PPTKILN. Akan tetapi, DPR telah memberi judul baru terhadap
                                                  revisi ini menjadi RUU PPILN atau Rancangan Undang-Undang
                                                  Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.
                                                       Selanjutnya, pada Sidang Paripurna tanggal 5 Juli 2012, DPR
                                                  mensahkan RUU PPILN sebagai RUU inisiatif DPR. Merespon hal itu,
                                                  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian menerbitkan amanat
                                                  dengan menunjuk enam kementerian, yaitu Kementerian Tenaga
                                                  Kerja (Kemenaker), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Kementerian
                                                  Hukum dan HAM (Kemenhukham), Kementerian Pendayagunaan
                                                  Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Kementerian
                                                  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PP & PA),
                                                  serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dalam pembahasan
                                                  RUU itu.Proses itu kemudian berlanjut dengan pembentukan Panitia
                                                  Khusus (Pansus) RUU PPILNoleh DPR pada 11 September 2012.
                                                       Di tahun 2013, proses pembahasan RUU PPILN diawali dengan
                                                  penyerahan daftar isian masalah (DIM) dari pemerintah kepada DPR,
                                                  serta rapat pembentukan Panitia Kerja atau Panja antara DPR dan
                                                  pemerintah, berturut-turut pada tanggal 6 Februari dan 26 Februari
              Di tahun 2013, proses
                                                  2013.
                  pembahasan RUU                       Berbicara masalah TKI, maka ada beberapa tahap penempatan

             PPILN diawali dengan                 yang perlu diurai, yaitu Tahap Pra Penempatan (tahap sebelum TKI/
           penyerahan daftar isian                TKI perempuan berangkat), Tahap Penempatan (ketika mereka berada
                                                  di negara tujuan) dan terakhir Tahap Purna Penempatan (ketika TKI/
                 masalah (DIM) dari
                                                  TKI perempuan sudah kembali ke tanah air). Permasalahan yang paling
         pemerintah kepada DPR.                   banyak dihadapi adalah pada tahap pra penempatan. Umumnya kasus

                                                  yang dihadapi adalah pemalsuan identitas calon TKI, keterampilan dan
                                                  kecakapan TKI yang tidak sesuai dengan bidang kerjanya, minimnya
                                                  kemampuan berbahasa dan memahami budaya setempat, buruknya


                                                  286  Ibid., hal. 8-10.




                                     dpr.go.id   260
   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269