Page 49 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 49
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
mementingkan penguasa dan kerap melukai rakyat yang seharusnya Ia
lindungi, hal tersebut yang kemudian menempatkan sebuah catatan kelam
dalam perjalanan ABRI dalam sejarah kontemporer di Indonesia. “ABRI
kembali ke barak” merupakan slogan-slogan dari banyak kaum reformis,
utamanya mahasiswa kala itu yang menginginkan agar fungsi sosial politik
dari ABRI menjadi dapat dihilangkan dan ABRI kembali kepada konsep awal
...“ABRI kembali
sebagai alat dan pertahanan negara yang bersih dan profesional, serta dapat
ke barak”... diandalkan ketika mendapat serangan-serangan asing.
Jika mengacu kepada latar sejarahnya, ABRI sendiri agaknya sulit
untuk dapat keluar dari pola politik yang ada karena memang terbentuknya
ABRI, yakni BKR TKR, ataupun TRI pada masa sesudahnya adalah gabungan
dari berbagai macam laskar rakyat serta ideologi yang berbagai macam.
Pembentukan kekuatan militer sendiri kala itu erat kaitannya dalam usaha
untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih oleh Indonesia
lewat para proklamator dan pemuda aktivis pro kemerdekaan NKRI. Hal ini
sendiri kemudian juga ditambah oleh luasnya peran yang dijangkau oleh
ABRI ketika peperangan yang menghendaki agar ABRI juga turut berperan
langsung dalam kembang tumbuh masyarakat yang ada disekitarnya,
seperti halnya pada perang Gerilya dimana TRI kala itu melakukan strategi
perang semesta dimana rakyat bahu-membahu bersama militer kala itu
untuk mengusir penjajah. Hal ini menjadikan konsep militer di Indonesia,
selain aspek militeristik dalam artian fisik dan mental yang prima, namun
juga harus mempunyai tanggung jawab yang penuh kepada rakyat yang
melahirkannya. Itulah kenapa kemudian ABRI dalam hal ini, yang merupakan
representasi militer pada masa lalu, yakni BKR, TKR, dan TRI juga
mempunyai konsep sosial politik dimana konsep tersebut direpresentasikan
sebagai pengabdian sebuah prajurit kepada rakyat dan bangsanya.
Di sisi lain, pada masa Orde Lama dimana kepemimpinan Presiden
Soekarno, ABRI juga merupakan salah satu unsur penting dalam jalannya
pemerintahan. Salah satu peranannya adalah ketika melakukan pemadaman
terhadap beberapa pemberontakan yang terjadi ditanah air. ABRI, dalam
hal ini menjadi tulang punggung yang penting dalam kepemimpinan
Soekarno pada saat itu yang kemudian setelahnya bersaing ketat dengan
Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam memperebutkan pengaruh dalam
struktur pemerintahan dibawah kekuasaan Presiden Soekarno yang
kala itu mendengungkan NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme)
sebagai ideologi negara Indonesia. Hal ini mendapat reaksi yang amat
keras dari beberapa kalangan, termasuk dalam hal ini militer dan
kelompok reformis, seperti Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI)
dpr.go.id 42