Page 48 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 48

Pemilu 1999 dan Pembentukan
                                                                                           Dewan Perwakilan Rakyat
                                                                                                   Pasca Orde Baru




                                                  untuk dapat memberikan keleluasaan lebih dari rakyat untuk dapat
                                                  menjadi pengawas dari pemilu yang akan diselenggarakan. Komposisi
                                                  yang beraneka ragam tersebut diharapkan dapat menciptakan relasi
                                                  positif antara masyarakat dan negara untuk dapat bersinergi guna
                                                  menciptakan demokrasi yang lebih baik, setelah sebelumnya selalu
                                                  dihegemoni oleh kepentingan negara.
                                                       Di sisi lain, reformasi yang ditandai oleh kejatuhan Presiden
                                                  Soeharto pada bulan Mei 1998 tersebut juga menggulirkan wacana
               ...keterlibatan sosial-            mengenai pembatasan keterlibatan sosial-politik ABRI (Angkatan

            politik ABRI (Angkatan                Bersenjata Republik Indonesia) dalam bidang pemerintahan yang lebih
                Bersenjata Republik               dikenal dengan nama “Dwifungsi ABRI”. Hal ini terutama difokuskan

                   Indonesia) dalam               mengenai peninjauan kembali terhadap doktrin pertahanan dan
                                                  keamanan nasional yang merupakan bagian inti daripada konsep ABRI
             bidang pemerintahan                  dalam melakukan kegiatan politik. Hal ini menjadi agenda daripada

                  yang lebih dikenal              kaum reformis pada saat itu, yang walau pada awalnya di arahkan untuk
                       dengan nama                melengserkan kekuasaan daripada Presiden Soeharto, tetapi dalam
                                                  perkembangan selanjutnya juga menuntut adanya perombakan didalam
                 “Dwifungsi ABRI”....
                                                  tubuh ABRI, yang kemudian dikenal sebagai reformasi internal ABRI.
                                                       Desakan-desakan kepada ABRI kala itu bukannya tanpa dasar,
                                                  banyak kalangan kala itu mengkritik bahwa penerapan daripada
                                                  dwifungsi pada ABRI pada akhirnya menjadikan ABRI hanya mempunyai
                                                  peranan dan berfokus pada melakukan pengamanan internal dalam
                                                  rangka stabilitas nasional didalam negara, daripada keamanan
                                                  eksternal yang mencakup pertahanan negara dari serangan-serangan
                                                  dari luar, yang sebenarnya lebih penting dan strategis untuk dijadikan
                                                  fokus, keamanan eksternal ini sendiri mencakup kawasan dan antar
                                                  wilayah perbatasan yang sesungguhnya merupakan otoritas ABRI
                                                  secara hakiki sebagai alat pelindung masyarakat dan negara.  Pada
                                                                                                           61
                                                  periode transisi itu, posisi ABRI menjadi amat sulit, citra masyarakat
                                                  terhadap ABRI pun menjadi negatif, semua yang dikerjakan oleh ABRI
                                                  menjadi selalu dianggap salah. Hal ini merupakan sendiri imbasan
                                                  kekecewaan daripada rezim sebelumnya, dimana ABRI, yang kala itu
                                                  dinilai sebagai alat kekuasaan daripada Orde Baru, dicap sebagai biang
                                                  keladi daripada krisis negara yang terjadi kala itu.
                                                       Hal tersebut juga kian ditambah dengan pengalaman khalayak
                                                  pada masa Orde Baru yang menganggap bahwa ABRI hanya


                                                  61   Muh Fajrul Falaakh, dkk, Implikasi Reposisi TNI-Polri Di Bidang Hukum, Yogyakarta : FH UGM,
                                                     2001. Hal. 258. Selain itu, Lihat juga Ni’matul Huda, “Hak Politik Tentara Nasional Indonesia dan
                                                     Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasca Reformasi”, dalam Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM
                                                     No. 2 Vol. 21 April 2014, Hal. 203 - 226




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   41
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53