Page 24 - MAJALAH 131
P. 24

Pengawasan



          TARIK ULUR


          NASIB PMN



          Komisi VI DPR RI begitu panjang dan lelah membahas
          Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk sejumlah BUMN.
          Badan Anggaran (Banggar) DPR juga mendebat panjang
          peruntukan PMN. Walau sudah disetujui di tingkat komisi
          dan Banggar, nasib PMN akhirnya tertunda setelah terjadi
          tarik ulur pembahasan pada Rapat Paripurna DPR akhir
          Oktober lalu.

                MN tidak masuk dalam agenda   DPR menekan pemerintah agar mengu-  dalam RAPBN 2016, kecuali F-Gerindra
                RAPBN 2016. Paripurna memu-  tamakan anggaran desa dan kebutuhan   yang tak menyetujui. Ada catatan kritis
                tuskan baru akan membahasnya   mendesak lainnya.             dari Banggar DPR kepada pemerintah.
          Ppada RAPBN-P 2016. PMN telah       Presiden Joko Widodo sudah me-    Catatan kritis pertama, PMN harus
          menyita energi politik di dua lembaga,   ngundang Pimpinan DPR ke istana awal   memberi keuntungan signifikan bagi
          legislatif dan eksekutif. Ada dua keingi-  November lalu untuk melobi para wakil   negara. Selain sebagai agen pemba-
          nan yang berseberangan. Di satu sisi,   rakyat agar seirama dalam menentukan   ngunan, BUMN harus mampu mengge-
          Pemerintah ingin segera menjalan kan   nasib PMN. Wakil Ketua Banggar DPR   rakkan ekonomi nasional. Catatan kritis
          program pembangunan lewat suntik-  Jazilul Fawaid mengungkapkan, Banggar   kedua, selama ini PMN belum memberi
          an PMN ke sejumlah BUMN.  Di lain sisi,   sudah menyetujui alokasi anggaran PMN   dampak kesejahteraan bagi masyara-
                                                                             kat. “Ada sekitar Rp 40 triliun lebih PMN
                                                                             yang diajukan dalam RAPBN 2016. Tapi,
                                                                             dividennya turun hanya Rp 31 trilun. Ini
                                                                             artinya target memberi dividen kepada
                                                                             negara tidak terbukti,” kata Jazil.
                                                                                Menggeser pembahasan PMN ke
                                                                             RAPBN-P 2016 merupakan jalan tengah
                                                                             yang dicapai saat paripurna lalu. Peme-
                                                                             rintah diminta mengevaluasi kucuran
                                                                             PMN 2015 yang daya serapnya masih
                                                                             rendah. Hasil audit BPK atas PMN 2015
                                                                             pada tengah semester nanti, juga akan
                                                                             menjadi rujukan DPR untuk menentukan
                                                                             kembali nasib PMN kloter kedua tahun
                                                                             anggaran 2016.
                                                                                Menurut Jazil, anggaran PMN sebaik-
                                                                             nya tidak dikucurkan ke banyak BUMN.
                                                                             Cukup ke BUMN pilihan saja, tapi de-
                                                                             ngan PMN yang besar dan memadai.
                                                                             Harapannya, BUMN tersebut bisa tum-
                                                                             buh besar menjadi perusahaan negara
                                                                             yang mampu bersaing di tingkat ASIA.
                                                                             Selama ini PMN yang diberikan, kata
                                                                             Jazil, diecer ke sejumlah BUMN dengan
                                                                             anggaran yang minim. Ada BUMN yang
                                                                             menerima Rp 500 miliar, ada pula yang
                                                                             menerima Rp 200 miliar.
                                                                                Ia khawatir, suntikan PMN yang kecil
          Wakil Ketua Banggar DPR Jazilul Fawaid
                                                                             itu tak menyehatkan BUMN. Sebaliknya


          24  EDISI 131 TH. XLV, 2015
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29