Page 21 - MAJALAH 129
P. 21

Oleh: Dr. Agus Yoni & Fikri Tamau, M.Si (Peneliti Ahli CEPP FISIP UI)






            mencerminkan­semakin­rendahnya­efisiensi­transportasi­lo­  disampaikan oleh Presiden Jokowi. Konsekuensinya, apabila
            gistik Indonesia. Berdasarkan laporan LIPI, rata­rata biaya lo­  pelabuhan gagal dalam mengelola potensi akan berdampak
            gistik di Indonesia tahun 2015 mencapai 27% persen dari PDB   langsung pada perekonomian Indonesia.
            dan 17% dari total biaya produksi, sehingga membuat kenaik­  Perhatian kepada arus barang di pelabuhan telah dirintis
            an harga barang yang dijual. Angka ini masih lebih tinggi bila   secara serius sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri de­
            dibandingkan dengan biaya logistik di Malaysia yang hanya   ngan dikeluarkannya Keppres No 54/2002 tentang Tim Koor­
            8%, Singapura 6%, dan Filipina sebesar 7% dari total biaya   dinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor.
            produksi.                                          Tim ini diketuai oleh Menko Perekonomian. Keppres itu men­
               Buruknya infrastruktur transportasi dan tingginya biaya   galami dua kali perubahan, yakni pada 2005 dan 2007. Selain
            logistik, justru melemahkan daya saing dan nilai kompetitif   melakukan koordinasi arus barang, tim ditugasi memberan­
            dari perdagangan internasional Indonesia. Penyebab tinggi­  tas maraknya penyelundupan di pelabuhan dan menghapus
            nya biaya logistik Indonesia ditengarai disebabkan oleh kondisi   praktek pungutan liar. Menteri Perhubungan didapuk sebagai
            pelabuhan laut yang masih buruk, infra­                            ketua harian tim.  Pada masa berikutnya,
            struktur pelabuhan dan sistem trans­  BURUKNYA INFRASTRUKTUR       SBY menerbitkan UU No 17/2008 tentang
            portasi yang usang, tingginya ancaman                              Pelayaran dan mengeluarkan Perpres
            terhadap keamanan kapal, dan panjang­  TRANSPORTASI DAN            No. 10/2008 tentang Penggunaan Sistem
            nya mata rantai distribusi (supply chain)                          Elektronik dalam Kerangka Indonesia
            dimana kontainer tujuan Eropa dari In­  TINGGINYA BIAYA LOGISTIK,   National Single Window (INSW). INSW
            donesia perlu transit di Singapura atau   JUSTRU MELEMAHKAN DAYA   adalah sistem pengurusan izin kepa­
            Malaysia terlebih dahulu. Dalam kondisi                            beanan dan pengeluaran barang secara
            seperti inilah kegaduhan di Pelindo II   SAING DAN NILAI KOMPETITIF   online­dengan­tujuan­efisiensi,­yang­be­
            yang menghiasi berbagai media massa    DARI PERDAGANGAN            rada di bawah Kementerian Koordinator
            menemukan momentumnya. Berbagai                                    Perekonomian.
            persoalan di bidang kargo, pergudang­  INTERNASIONAL INDONESIA.       Pada tahun 2011, Kementerian Per­
            an, agen transportasi, jasa kurir, jasa                            hubungan telah resmi membentuk Oto­
            pengepakan barang dan berbagai permasalahan manajerial   ritas Pelabuhan sesuai dengan amanat UU No 17/2008 tentang
            lainnya terungkap dan merembet hingga menyentuh PT Pe­  Pelayaran. Dalam undang­undang tersebut dijelaskan bahwa
            lindo II di Tanjung Priok yang notabene menangani 60% akti­  regulator dalam pengelolaan usaha jasa kepelabuhanan men­
            fitas­perdagangan­internasional­di­Indonesia.      jadi kewenangan Otoritas Pelabuhan. Sedangkan PT Pelindo
                                                               I, II, III dan IV murni sebagai operator saja. Menurut peme­
            PELABUHAN DAN UU NO. 17/2008 TENTANG               rintah, telah jelas dalam UU No. 17/2008 bahwa pemerintah
            PELAYARAN                                          melakukan pembinaan atas seluruh pelabuhan yang ada di
               Secara umum, pelabuhan memiliki 4 fungsi utama, yaitu   dalam negeri. Sesuai UU, Otoritas Pelabuhan dibentuk seb­
            sebagai tempat pertemuan dan (interface), gapura (gateway),   agai wakil pemerintah  dalam melaksanakan tugas tersebut.
            entitas industri dan perdagangan, dan mata rantai transpor­  Sementara operatornya bisa dilakukan kalangan swasta atau
            tasi. Sekarang pelabuhan terus berkembang menjadi entitas   Badan Usaha Milik Negara. Sebagaimana yang disebutkan
            industri tersendiri, hal ini sebagai konsekwensi perkembangan   dalam Dalam Paragraf 5 Pasal 93 UU No. 17/2008 bahwa
            industri Indonesia yang berorientasi pada ekspor. Jika penu­  “Badan Usaha Pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
            lis tak salah menafsirkan, pelabuhan­pelabuhan di Indonesia   92 berperan sebagai operator yang mengoperasikan termi-
            kini menjadi tulang punggung program ‘Tol Laut’ seperti yang   nal dan fasilitas pelabuhan lainnya.” Inovasi utama dari UU



                                                                                          EDISI 129 TH. XLV, 2015  21
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26