Page 22 - MAJALAH 129
P. 22

sumbang saran

















































          ini adalah pengembangan Otoritas Pelabuhan untuk menga­  sangat mudah ditandai dengan meningkatnya daya tampung
          wasi dan mengelola operasi dagang dalam setiap pelabuhan.   peti kemas yang melakukan bongkar muat. Konsekuensi dari
          Tanggung jawab utamanya adalah untuk mengatur, mem­  alur­kebutuhan­ini­akan­menekankan­pada­efisiensi­pelabuh­
          beri harga dan mengawasi akses ke prasarana dan layanan   an. Kita tentu tidak ingin kapal­kapal dari negara lain lebih
          pelabuhan dasar termasuk daratan dan perairan pelabuhan,   memilih bongkar muat di negara­negara tetangga yang dapat
          alat­alat navigasi, kepanduan (pilotage), pemecah ombak,   memberi jasa dan fasilitas pelabuhan yang lebih baik. Namun
          tempat pelabuhan, jalur laut (pengerukan) dan jaringan jalan   demikian ada persoalan yang perlu mendapatkan perhatian
          pelabuhan. Selain itu, otoritas pelabuhan juga akan bertang­  serius, apakah otoritas pelabuhan Indonesia kini memiliki
          gung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan Rencana   kapasitas­teknis­dan­finansial­yang­diperlukan­untuk­men­
          Induk Pelabuhan (termasuk menentukan daerah kendali darat   jalankan fungsi­fungsi tersebut secara efektif?
          dan laut) sekaligus menjamin ketertiban, keamanan dan keles­  Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, ada pergeseran
          tarian lingkungan pelabuhan. Operator pelabuhan, di sisi lain,   sudut pandang penyelenggaraan pelabuhan dalam UU No
          dapat berpartisipasi dalam menyediakan antara lain pena­  17/2008. Model operating port berubah menjadi bentuk sistem
          nganan kargo, sarana penumpang, layanan tambat, pe ngisian   operating port, tool port dan landlord sekaligus. Ini tentunya
          bahan bakar dan persediaan air, penarikan kapal sekaligus pe­  berarti pengembangan suatu interaksi yang lebih rumit an­
          nyimpanan dan bangunan di atas pelabuhan lainnya. Namun   tara sektor publik dan swasta di tingkat pelabuhan. Dengan
          di Indonesia ada kejadian yang menunjukkan masih adanya   perubahan ini, Pelindo yang semula menjadi penyelenggara
          gejala saling rebut kewenangan antara regulator (Otoritas   tunggal di pelabuhan umum komersial berubah menjadi salah
          Pelabuhan) dan operator (PT Pelindo).             satu terminal operator saja. Kini dalam satu pelabuhan umum
                                                            komersial bisa dikelola beberapa terminal umum yang dilak­
          DWELLING TIME: TANTANGAN BAGI KABINET KERJA       sanakan oleh beberapa Badan Usaha Pelabuhan (BUP). Disini
            Perekonomian dunia telah berkembang sedemikian cepat,   tugas otoritas pelabuhan menjadi penting untuk mengelola in­
          hal ini menuntut arus pergerakan barang dengan volume   teraksi­interaksi tersebut sedemikian rupa untuk memastikan
          yang besar dan juga semakin cepat. Di pelabuhan, hal ini akan   penetapan harga dan penyediaan pelayanan yang kompetitif.



          22  EDISI 129 TH. XLV, 2015
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27